kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dunia usaha cemaskan laju penurunan rupiah


Rabu, 15 Agustus 2018 / 11:15 WIB
Dunia usaha cemaskan laju penurunan rupiah


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) semakin mencemaskan dunia usaha. Apabila pelemahan mata uang Garuda terus berlanjut, sejumlah pelaku industri manufaktur berencana menaikkan harga jual produknya.

Nilai tukar rupiah semakin melemah dan kemarin bergerak di level Rp 14.581 per dollar AS. Angka ini sudah merosot sedalam 7%. Sektor yang turut terpapar pelemahan rupiah adalah. industri baja.

Executive Committee Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Purwono Widodo bilang, kondisi ini bakal mengerem laju baja impor. Akan tetapi karena pelemahannya cukup dalam, jika pasar tidak kuat, maka perusahaan baja akan mengerek harga baja sejalan penguatan dollar AS tersebut. "Harga jual dalam rupiah hanya bisa naik sedikit, jadi kalau dalam dollar AS justru harga jualnya turun," tandas dia kepada Kontan.co.id, Selasa (14/8).

Industri otomotif pun demikian. Presiden Direktur PT Hyundai Motor Indonesia (HMI), Mukiat Sutikno bilang, harga acuan rupiah memang sudah jauh dari prediksi awal tahun yang ditetapkan Hyundai di kisaran Rp 13.500 hingga Rp 13.700 per dollar AS. "Tentu tak hanya kami, semua pelaku industri otomotif baik yang produksi dalam negeri ataupun impor kendaraan terkena dampaknya," kata dia kepada Kontan.co.id, kemarin.

Hal ini mengingat komponen otomotif diperoleh dari impor. Oleh karena itu, kata Mukiat, jalan keluar pertama adalah menaikkan harga jual kendaraan.

Namun saat ini Hyundai masih mencermati langkah Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. "Kami akan pantau dan kemungkinan ada langkah perubahan harga di bulan depan. Kami berharap nilai tukar rupiah tetap bisa turun dari level Rp 14.600," kata dia.

Efisiensi produksi

Setali tiga uang, industri mainan pun ikut terdampak. Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia (AMI), Sutjiadi Lukas bilang pihaknya masih melihat situasi terkait rencana menaikkan harga mainan. Itu lantaran pada Februari lalu para pelaku industri mainan sudah menaikkan harga jual. "Kalau menyentuh Rp 15.500, kemungkinan besar importir stop dulu. Sebab, kami bisa beli tapi berat untuk menjualnya," ungkap dia.

Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi Indonesia, Vincent Harijanto menilai pelemahan rupiah merupakan sesuatu yang menyulitkan. Sebab, industri farmasi lebih membutuhkan nilai tukar yang stabil agar penentuan harga jual bisa direncanakan dengan jangka panjang.

Ada empat elemen yang terlibat dalam GP Farmasi, yakni pelaku industri farmasi manufaktur, Pedagang Besar Farmasi (PBF) obat jadi maupun PBF bahan baku, apotek dan toko obat. "Tentu yang terkena adalah PBF bahan baku dan industri yang impor bahan baku," kata dia.

Untuk menyiasatinya, kata Vincent, industri farmasi yang besar bisa melakukan efisiensi dalam produksi. Sedangkan PBF bahan baku saat ini masih menunggu langkah pemerintah untuk menstabilkan rupiah. Pasalnya, patokan rupiah yang menjadi acuan sebesar Rp 13.500. "Untuk hedging opsinya saat ini belum bisa karena hedging fee lebih mahal ketimbang margin keuntungan," tandas dia.

Dengan begitu, saat ini industri farmasi masih berdiskusi dengan Bank Indonesia untuk mencari jalan keluar lain. Tawarannya, melalui program call spread option. Menurut Vincent, tawaran itu mirip hedging, hanya saja pembiyaaannya lebih rendah daripada hedging biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×