Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Saka Energi Indonesia (SAKA), anak usaha PT PGN di bidang hulu migas memproyeksi produksi minyak dan gas (migas) akan menurun di tahun 2019 karena berakhirnya dua blok produksi Saka energi yakni Sanga-Sanga dan Production Sharing Contract (PSC) di Tenggara Sumatera pada kuartal III tahun 2018.
Direktur Utama Saka Energi Saka Energi Tumbur Parlindungan memproyeksi produksi migas perusahaan tahun ini berkisar 38.000 – 40.000 barrels of oil equivalent per day (boepd). "Proyeksi ini terbilang turun jika dibanding realisasi produksi tahun 2018 yang sebesar 49.600 boepd, dan sebanyak 75% adalah gas,” kata Tumbur, Kamis (28/3).
Ia optimistis laba bersih perusahaan tahun 2019 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai US$ 16 juta atau sekitar Rp 227 miliar (asumsi kurs Rp 14.242/US$). Ia menargetkan laba bersih tumbuh dua digit dibanding tahun 2018. “Historically, our growth is double digit,” ucapnya.
Lebih lanjut, ketika ditanya berapa nilai valuasi Saka Energi saat ini, Tumbur bilang nilai valuasi perusahaan belum dihitung. Seperti diketahui, Saka Energi pada tahun 2018 membukukan pendapatan sebesar US$ 585 juta atau sekitar Rp 8,33 triliun (asumsi kurs Rp 14.242/USS).
Saka Energi saat ini memiliki hak kelola 11 blok migas di dalam dan luar negeri. Dari jumlah itu, lima diantaranya dioperasikan oleh Saka Energi dengan 100 % kepemilikan yaitu PT Pangkah, Sesulu Selatan, Wokam II, Pekawai, dan PSC West Yamdena.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News