kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

3 tahun Jokowi masih perlu benahi peternakan sapi


Senin, 23 Oktober 2017 / 14:25 WIB
3 tahun Jokowi masih perlu benahi peternakan sapi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tiga tahun masa kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, perbaikan-perbaikan di sektor peternakan sapi dianggap masih jauh dari yang diharapkan.

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana menilai, sampai saat ini pemerintah masih terfokus pada sapi potong. Padahal, menurutnya sapi perah pun memerlukan perhatian yang sama.

Pasalnya, sampai saat ini kebutuhan susu nasional masih dipenuhi dari impor. Bahkan sapi perah di Indonesia hanya mampu memenuhi kebutuhan susu nasional kurang dari 20%. Menurut Teguh, ini merupakan dampak dari harga yang tidak baik sehingga banyak peternak yang beralih dan memotong sapi perah yang dimilikinya.

Menurut Teguh, meskipun pemimpin berganti, namun data yang digunakan masih menggunakan data pada pemerintahan sebelumnya. Karena itu pula kebijakan yang diterapkan kurang tepat karena data yang digunakan tidak cukup akurat.

"Kalau kami lihat kebijakan yang diambil oleh dirjen peternakan selama tiga tahun terus mengalami perubahan. Terlihat bahwa kebijakan ini berangkat tidak dengan konsep yang matang," ujar Teguh, Senin (23/10).

Teguh pun menyoroti kebijakan impor daging kerbau yang berasal dari India. Dia menjelaskan, dengan impor daging beku tersebut peternak daging sapi semakin tidak bergairah dalam beternak. Pasalnya, harga sapi semakin ditekan dengan masuknya daging-daging murah.

Apalagi banyak konsumen yang beralih membeli daging kerbau tersebut. Padahal, menurutnya daging-daging tersebut belum tentu terbebas dari penyakit mulut dan kuku. "Impor daging kerbau dari India dalam jumlah yang besar dan harga yang murah itu sangat disportif bagi peternak rakyat," kata dia. 

Saat ini populasi sapi potong di Indonesia sekitar 14 juta ekor. Dalam setahun, Indonesia hanya bisa memenuhi kebutuhan 250.000 sampai 300.000 ton daging sapi, sementara kebutuhan daging masyarakat sekitar 600.000 ton.

Menurut Teguh, langkah utama yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah menghentikan impor daging kerbau. Dengan dihentikannya impor tersebut, maka peternak akan semakin bersemangat beternak kembali dan mampu meningkatkan produksi sapi dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×