Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
Anders mengungkapkan, lanskap energi di Indonesia memiliki ketergantuangan yang tinggi pada bahan bakar fosil, dengan batubara, minyak, dan gas bumi.
Pada tahun 2022, energi terbarukan berkontribusi kurang dari 10% pada bauran energi, dengan tenaga air dan panas bumi sebagai sumber utama. Ketergantungan sektor tenaga listrik pada bahan bakar fosil menimbulkan hambatan besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG).
Meskipun berbagai upaya seperti efisiensi, elektrifikasi, dan energi terbarukan telah berkontribusi secara signifikan untuk mengurangi emisi, mencapai target nol bersih memerlukan teknologi energi bersih tambahan.
Baca Juga: Pertamina NRE Targetkan Pembangkit Listrik Energi Bersih Capai 6 Gigawatt pada 2029
Beberapa contohnya termasuk: hidrogen dan bahan bakar berbasis hidrogen, nuklir, elektrifikasi beberapa proses industri, dan penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS).
Anders menegaskan, sebagai mitra teknologi energi, ABB berkomitmen mentransformasi sektor energi melalui portofolio lengkap solusi elektrifikasi, otomatisasi proses, dan digitalisasi.
Solusi ABB dirancang untuk mendukung pelanggan dalam menavigasi kompleksitas transisi energi dan mencapai emisi nol bersih.
"Dengan teknologi terdepannya, ABB fokus untuk memungkinkan operasi hemat energi dan rendah karbon di seluruh industri tradisional melalui digitalisasi dan otomatisasi, mendukung pengembangan solusi energi baru dan terbarukan, serta mendorong penggunaan sumber daya yang lebih bertanggung jawab," jelas Anders.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News