Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Dari usaha kecil di rumah hingga menjadi salah satu emiten besar di Bursa Efek Indonesia, perjalanan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) bisa dibilang luar biasa. Kini di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit dan beban pajak yang menghimpit, tersiar kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) di Gudang Garam.
Isu kabar PHK massal Gudang Garam muncul di media sosial. Manajemen GGRM belum ada yang mengkonfirmasi kabar PHK tersebut.
Namun, kinerja keuangan PT Gudang Garam Tbk terus tertekan. Penjualan rokok anjlok, penyebabnya beragam, dari kenaikan cukai hingga maraknya peredaran rokok ilegal. Perusahaan rokok asal Kediri ini memang tak sampai mencatat rugi. Namun labanya melorot drastis.
Baca Juga: Warga Susah, Tunjangan Rumah DPRD Jateng Jakarta Banten Jatim Jabar Bernilai Wah
Pada 2023, Gudang Garam sempat mencetak untung Rp 5,32 triliun. Namun setahun kemudian atau pada 2024, laba perusahaan anjlok menjadi Rp 980,8 miliar atau mengalami penurunan 81,57 persen.
Terbaru pada 2025, Gudang Garam hanya membukukan laba Rp 117 miliar sepanjang semester I.
Kalau bicara soal industri rokok Indonesia, nama Gudang Garam pasti masuk dalam daftar paling atas. Perusahaan asal Kediri, Jawa Timur, ini sudah puluhan tahun dikenal sebagai “raja” rokok kretek. Tapi, tahukah kamu kalau Gudang Garam dulu bermula dari usaha kecil di rumah?
Awal Mula Gudang Garam
Kisahnya dimulai pada tahun 1956, saat Surya Wonowidjojo (Tjoa Ing-Hwie) merintis usaha rokok rumahan dengan merek Inghwie. Produknya laku keras, membuatnya berani mendirikan pabrik besar.
Nama Gudang Garam sendiri punya cerita unik. Konon, Surya mendapat mimpi melihat lima gudang di dekat rel kereta api Kediri. Dari situlah lahir nama legendaris dan logo ikonik yang kita kenal sampai sekarang.
Dua tahun kemudian, tepatnya 1958, Gudang Garam resmi berdiri dengan tiga produk utama:
- Sigaret Kretek Klobot (SKL)
- Sigaret Kretek Tangan (SKT)
- Sigaret Kretek Mesin (SKM)
Tonton: KPK Dilemahkan, Korupsi di Era Jokowi Merajalela. Ini Daftar 8 Menteri Jokowi Yang Terjerat Korupsi
Estafet Keluarga Surya Wonowidjojo
Setelah Surya Wonowidjojo wafat pada 1985, kepemimpinan perusahaan diwariskan ke anaknya, Rachman Halim, yang membawa Gudang Garam ke masa kejayaan di era 1980–2000-an.
Kini, tongkat estafet ada di tangan Susilo Wonowidjojo, yang masih menjabat sebagai Presiden Direktur Gudang Garam. Menariknya, bisnis ini tetap dikelola erat oleh keluarga Wonowidjojo.
Beberapa nama penting:
- Juni Setiawati Wonowidjojo, komisaris utama, juga dikenal sebagai salah satu wanita terkaya di Indonesia.
- Indra Gunawan Wonowidjojo, putra Susilo, menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur sejak 2022.
Diversifikasi Bisnis Gudang Garam
Meski core business-nya tetap rokok, Gudang Garam kini merambah berbagai sektor lain.
Beberapa langkah besarnya:
- Jalan Tol – lewat PT Surya Kerta Agung.
- Bandara Dhoho Kediri – dibangun oleh PT Surya Dhoho Investama (SDHI).
- Transportasi Udara – melalui PT Surya Air.
- Kertas & Tembakau – lewat PT Surya Pamenan dan PT Surya Inti Tembakau.
- Distribusi Rokok – lewat PT Surya Madistrindo, yang punya 16 anak perusahaan.
Meski bandara Dhoho Kediri sudah beroperasi, aktivitas penerbangannya masih sepi. Namun, langkah ini menunjukkan betapa seriusnya Gudang Garam dalam melakukan diversifikasi usaha.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trah Keluarga Pemilik Gudang Garam", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2025/09/07/202225426/trah-keluarga-pemilik-gudang-garam.
Baca Juga: Inilah Rencana Skema Kompensasi Wuling Binguo EV Akibat Penurunan Harga
Selanjutnya: Trump Isyaratkan Langkah Diplomasi Baru dengan Eropa soal Rusia-Ukraina
Menarik Dibaca: Itel City 100 dengan Chipset Hemat Daya, Smartphone Low Budget yang Layak Dicoba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News