kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada pandemi, penjualan Siantar Top (STTP) masih naik 8,6% di semester I 2020


Jumat, 10 Juli 2020 / 17:06 WIB
Ada pandemi, penjualan Siantar Top (STTP) masih naik 8,6% di semester I 2020
ILUSTRASI. Walau ada pandemi corona, Siantar Top (STTP) masih membukukan pertumbuhan penjualan 8,6% di semester I 2020.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Siantar Top Tbk masih melaju di tengah mewabahnya pandemi corona (covid-19). Pada sepanjang Januari - Juni 2020 lalu, emiten berkode saham STTP tersebut memproyeksikan masih mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan meski hanya satu digit dibanding periode sama tahun lalu.

“Semester I 2020 total kami masih tumbuh 8,6% kalau dibanding semester I tahun lalu,” kata Direktur STTP Armin saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (10/7).

Sebagai gambaran, produsen camilan Mie Gemez ini membukukan penjualan neto sebesar Rp 1,65 triliun pada semester I tahun 2019 lalu. Dus, hitungan Kontan.co.id, maka penjualan neto STTP diperkirakan mencapai kurang lebih Rp 1,79 triliun di sepanjang semester I 2020 lalu.

Baca Juga: Kinerja Siantar Top (STTP) di kuartal I mantap, laba bersih naik 29%

Armin bilang, pertumbuhan penjualan neto pada semester I 2020 didapat di tengah kondisi bisnis yang menantang. Menurutnya aktivitas industri dan perekonomian yang menurun baik di Indonesia maupun berbagai belahan dunia menyebabkan pelemahan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun global. Hal ini pada gilirannya membuat daya beli konsumen melemah sehingga gairah pasar domestik dan ekspor pun menjadi tidak sebesar biasanya.

Beruntung, kondisi pasar yang melesu dapat disiasati oleh STTP. Untuk menjaga kinerja penjualan di mancanegara misalnya, STTP telah bekerja sama dengan mitra distributor di berbagai negara tujuan ekspor yang ada untuk mengembangkan jangkaun jaringan pemasaran dan penjualan produk-produk STTP.

Langkah ini terutama dilakukan di beberapa negara tujuan ekspor yang memiliki pasar cukup luas secara geografis seperti misalnya China ataupun negara-negara lainnya. Dengan adanya upaya ini, jangkauan pemasaran dan penjualan produk-produk STTP di negara tujuan ekspor  sudah menjadi lebih luas bila dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

Alhasil, penjualan ekspor STTP masih mengalami pertumbuhan secara tahunan alias year-on-year (yoy) bila dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Dalam capaian tersebut, penjualan ekspor ke Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam masih mendominasi total penjualan ekspor STTP.

Penjualan di pasar domestik juga tidak luput dari perhatian STTP. Untuk menjaga kinerja penjualan lokal yang kokoh, STTP terus berupaya melakukan pemerataan distribusi dan ketersediaan stok produk-produk perusahaan pada setiap depo dan stock point yang ada.

Baca Juga: Ada pandemi Covid-19, Siantar Top (STTP) optimistis target di kuartal I tercapai

Selain itu, STTP juga masih konsisten ‘menaikkan kelas’ produk-produk yang dimiliki. Semisal, suatu produk STTP semula dihargai Rp 500 per bungkus, maka produk tersebut ‘dinaikkan’ kelasnya menjadi Rp 1.000 per bungkus dengan kemasan dan isi yang lebih besar pula. Hal ini membuat STTP mampu mencuil revenue yang lebih besar dari produk yang dinaikkan kelasnya.

Sejauh ini, STTP masih berpatokan pada target pertumbuhan penjualan sebesar 10% yoy hingga tutup tahun nanti. Menurut Armin, target ini masih mungkin untuk dikejar, sebab kegiatan industri dan perekonomian baik di Indonesia maupun beberapa negara tujuan ekspor sudah berangsur-angsur membaik di paruh kedua tahun ini.

“Semester I kami kan sudah tumbuh 8,6%, harapan kami target pertumbuhan 10% masih bisa dikejar seiring pembukaan kembali aktivitas perekonomian di Indonesia dan beberapa negara lain di luar,” kata Armin.

Baca Juga: Topline dan bottom line tumbuh double digit di 2019, ini kata Siantar Top (STTP)

Kendati demikian, optimisme ini juga tidak lantas menghilangkan sikap waspada STTP. Armin berujar, arah dinamika perkembangan penanganan covid-19 belum bisa ditebak, sehingga opsi revisi bisa saja diambil apabila bila diperlukan di masa mendatang.

Sikap waspada ini juga memengaruhi alokasi belanja modal atau capital expenditure STTP. Mulanya, menganggarkan capex sebesar Rp 560 miliar untuk membiayai sejumlah agenda ekspansi seperti pembelian lahan dan sebagainya.

Namun demikian, sebagian dari anggaran tersebut akan dialihkan sebagai dana cadangan untuk membiayai buang pinjaman bank serta keperluan-keperluan lainnya sehingga anggaran capex STTP direvisi menjadi sekitar Rp 469 milliar.

Sepanjang kuartal I 2020 lalu, STTP membukukan penjualan bersih sebesar  Rp 944,93 miliar di kuartal I 2020. Realisasi tersebut naik 9,53% bila dibanding penjualan bersih kuartal I 2019 yang hanya mencapai Rp 862,71 miliar.

Seturut pertumbuhan penjualan bersih, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih STTP ikut terungkit sebesar 29,71% yoy dari semula Rp 135,20 miliar di kuartal I 2019 menjadi  Rp 175,37 miliar di kuartal I 2020.

Baca Juga: Sejumlah pabrik konsumer di Jawa Barat siap jalankan new normal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×