Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini masih mengandalkan produksi dari tambang bawah tanah (underground mines).
Berdasarkan laporan kuartal I-2020 yang dirilis Freeport McMoran (FCX), tambang emas dan tembaga di Papua itu mencatatkan rata-rata produksi harian sekitar 37.500 metrik ton bijih per hari.
Capaian itu didapat dari gabungan dua area tambang bawah tanah, yakni dari Deep Mill Level Zone (DMLZ) and Grasberg Block Cave. Laporan tersebut menyebutkan bahwa realisasi produksi itu sedikit melampaui dari perkiraan awal.
Baca Juga: Kuota ekspor meningkat, Freeport Indonesia tetap cermati dampak pandemi virus corona
Sayangnya, laporan itu tidak menunjukkan perbandingan pada periode Kuartal I tahun lalu. Namun, bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau kuartal IV-2019, rata-rata produksi bijih di kuartal pertama ini naik 44%.
"PTFI tetap di jalur untuk terus meningkatkan tingkat produksi dan mengharapkan produksi 2021 sebesar 1,4 miliar pound tembaga dan 1,4 juta ons emas," ungkap laporan kuartal I-2020 FCX seperti dikutip Kontan.co.id, Senin (27/4).
Dari sisi kinerja penjualan, dalam periode Januari-Maret 2020, penjualan tembaga PTFI tercatat sebesar 127 juta pound. Sepanjang tahun ini, estimasi penjualan tembaga PTFI berada di angka 742 juta pound.
Sementara untuk komoditas emas, PTFI berhasil menjual 139.000 ons emas sepanjang kuartal-1 2020. Sedangkan estimasi total penjualan emas PTFI sebesar 775.000 ons di tahun ini. Adapun, unit biaya tunai yang dikeluarkan PTFI pada kuartal pertama sebesar US$ 1,31 per pon tembaga.
Di tengah kondisi pandemi corona (Covid-19), PTFI pun merevisi sejumlah rencana dengan menggabungkan manfaat dari pengurangan biaya input untuk energi, valuta asing, serta kenaikan harga emas.
Laporan tersebut menyatakan, PTFI telah menunda sekitar $ 0,2 miliar dalam proyek-proyek modal dari tahun 2020 hingga periode mendatang. Terutama terkait dengan keterlambatan dalam konstruksi dan pemasangan sirkuit penggilingan tambahan dari tahun 2022 hingga 2023.
Baca Juga: TNI-Polri kontak senjata dengan KKB di area Freeport, Tembagapura
"Sebagian besar mencerminkan keterbatasan jadwal kerja dan perjalanan oleh kontraktor internasional selama Pengukuran mitigasi Covid-19," sebut laporan itu.
Namun, proyeksi volume penjualan PTFI dan biaya tunai bersih unit untuk tahun 2020 tergantung pada sejumlah faktor. Termasuk kinerja operasional dan waktu pengiriman
Adapun, PTFI telah menerima perpanjangan satu tahun lisensi ekspor hingga 15 Maret 2021. Merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memberikan rekomendasi ekspor sebanyak 1.069.000 wet ton konsentrat tembaga. Kuota ekspor tersebut meningkat dibanding periode sebelumnya, yang sebesar 746.953 wet ton konsentrat tembaga.
Meski di tengah pandemi virus corona, President dan Chief Executive Officer FCX Richard C. Adkerson masih yakin pihaknya bisa melalui tekanan pasar dan pelemahan kondisi ekonomi seperti saat ini. Bahkan, Adkerson pun optimistis dan menaruh perhatian serius dengan pengembangan tambang emas dan tembaga di Indonesia.
Menurutnya, kontribusi dari tambang Papua akan signifikan bagi arus kas FCX mulai tahun depan.
Baca Juga: Kinerja tertekan, MIND ID: Posisi kas holding masih kuat lebih dari Rp 20 triliun
"Kami terus mencapai kemajuan penting di Indonesia membangun produksi tembaga dan emas skala besar dari bijih (tambang) bawah tanah. FCX memposisikan peningkatan yang signifikan dalam arus kas yang masuk 2021 dan seterusnya," kata Adkerson dalam laporan Kuartal I-2020 FCX seperti yang dikutip Kontan.co.id, Senin (27/4).
Adapun, perkiraan pengeluaran modal tahunan PTFI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah direncanakan rata-rata sekitar US$ 0,8 miliar per tahun untuk periode tiga tahun dari 2020-2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News