Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Edy Can
JAKARTA. Industri perhotelan menganggap Bali masih menjadi magnet bagi wisatawan. Berdasarkan riset Knight Frank, tahun ini bakal ada tambahan 4.508 kamar hotel di Pulau Dewata.
Jika dijumlahkan hingga tahun depan, total pasokan baru mencapai 7.109 kamar dari 41 proyek yang saat ini tengah dibangun. Secara keseluruhan, hotel bintang empat masih mendominasi pangsa pasar pasokan baru sebesar 41,1%, disusul bintang tiga dan lima masing-masing sebesar 31% dan 27,8%.
Berdasarkan lokasi, pasokan kamar terbanyak berada di Kuta. Totalnya ada sebanyak 1.542 kamar. Setelah itu ada di kawasan Nusa Dua sebanyak 1.003 kamar. Selanjutnya di Seminyak 850 kamar, Sanur 835 kamar dan Legian 486 kamar.
Sebagai perbandingan, sepanjang tahun lalu pasokan hotel di Bali sudah bertambah 1.850 kamar. Hampir separuh dari seluruh pasokan hotel yang ada, atau sebanyak 10.099 kamar merupakan hotel berbintang 5.
Tarif sewa naik
Seiring penambahan kamar, tarif sewa juga naik. Knight Frank mencatat tarif kamar rata-rata untuk hotel berbintang 3-5 di akhir tahun lalu sebesar US$ 112,21 per malam atau naik 8,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kendati tarif terus mahal, turis tetap memburu hotel di Bali. Tingkat okupansi rata-rata tahun lalu merangkak sebesar 8% menjadi 74,19% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Senior Manager Research Knight Frank Hasan Pamudji memprediksi, tarif kamar hotel di Bali tahun ini akan naik lagi dengan kisaran 5%-10%. Menurutnya, kenaikan tersebut untuk mengantisipasi kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang merupakan biaya operasional terbesar industri perhotelan.
Di sisi lain, Hasan juga memperkirakan tingkat okupansi akan mengalami penurunan karena banyaknya jumlah pasokan baru yang masuk ke pasar pada tahun ini. "Tingkat okupansi akan menurun ke angka 70%, dengan asumsi permintaan tetap naik 10%-15%" ujar Hasan kepada KONTAN, Selasa (3/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News