kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada ruang penurunan 25%, akankah harga BBM turun?


Rabu, 29 April 2020 / 08:39 WIB
Ada ruang penurunan 25%, akankah harga BBM turun?
ILUSTRASI. Pemerintah dan badan usaha penyalur BBM belum juga menurunkan harga BBM saat harga minyak merosot.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Ada Ruang Penurunan Harga

Harga BBM dalam negeri yang tak beranjak turun pun memantik polemik di ruang publik. Padahal, menurut Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, ruang penurunan harga BBM semestinya terbuka lebar di tengah kondisi saat ini.

Tauhid berpendapat, penurunan harga BBM di saat kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat tertekan dampak Corona (covid-19) bakal berdampak positif. "(Dampak penurunan harga BBM) akan besar sekali. Harga BBM turun turut membantu menurunkan tingkat inflasi dan menjadi kompensasi kenaikan harga yang lain," katanya.

Baca Juga: KPPU Menyelisik Dugaan Praktik Persaingan Usaha Tak Sehat di Bisnis BBM

Namun, dia menilai dengan melihat pergerakan komponen biaya pembentukan serta pelemahan nilai kurs rupiah saat ini, maka penurunan harga BBM tidak akan signifikan sebagaimana harga minyak mentah dunia yang anjlok drastis.

Menurutnya, harga BBM non-subsidi Pertamina paling tidak memiliki ruang penurunan di kisaran 20%-25% dari harga saat ini. Tauhid juga melihat, Pertamina akan sangat hati-hati menurunkan harga BBM dari sisi keekonomian bisnis dan korporasi lantaran holding migas BUMN itu juga bergerak di bisnis hulu migas yang sedang tertekan serta mengemban penugasan dari pemerintah.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan. Menurutnya, kebijakan penurunan harga BBM akan mudah untuk diambil jika perusahaan hanya bergerak di lini trading. Namun, kata Mamit, bagi perusahaan yang mengurusi bisnis hulu sampai hilir yang saling ketergantungan, pertimbangan keekonomiannya akan lebih rumit.

Baca Juga: Rudi Rubiandini beberkan untung rugi penurunan harga BBM

"Apalagi, di tengah masa pandemi kondisi hulu migas babak belur dan hilir terjadi penurunan konsumsi yang sangat signifikan," ujarnya.

Meski begitu, Mamit mengatakan bahwa ruang penurunan harga BBM non-subsidi terbuka di rentang Rp 1.000 - Rp 2.000 per liter. Ia memprediksi, dengan pertimbangan korporasi dan kondisi pandemi, penurunan harga BBM baru akan terlihat di awal Mei setelah pemerintah melakukan evaluasi.

"Kita lihat awal Mei karena sudah diatur periode (evaluasinya). Kalau rentang (penurunan) bisa Rp 1.000 - Rp 2.000 per liternya dengan banyak pertimbangan," kata Mamit.

Baca Juga: Aspermigas: Beban biaya perusahaan migas bisa naik jika sumur produksi tak beroperasi

Banyak pengamat dan praktisi migas yang melakukan analisis dan perhitungan terkait dengan ruang penurunan harga BBM. Salah satunya ialah Mantan Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini. Menurutnya, jika merujuk pada regulasi yang berlaku saat ini, maka harga BBM murah baru dapat dirasakan pada Juni mendatang.

Rudi memaparkan, dengan kondisi kurs rupiah ada di level Rp 15.800 per dolar Amerika Serikat (AS) dan harga MOPS sebesar US$ 35 per barel dan dengan rumus perhitungan yang ada maka harga jual BBM RON 92 (Pertamax) bisa berada pada kisaran Rp 5.650 per liter.

"Sementara pada Mei ini indikator yang dipakai adalah kondisi 25 Februari hingga 24 Maret dengan kurs sekitar Rp 15.300 per dolar AS dan harga minyak MOPS masih di US$ 50 per barel. Jadi Mei nanti harga akan berkisar Rp 7,100 per liter," jelas dia dalam video konferensi, Senin (27/4).

Terlindungi Regulasi?




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×