Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan harga minyak global masih terus terjadi sehingga mempengaruhi industri minyak dan gas (migas) seluruh negara, termasuk Indonesia.
Asosiasi Perusahaan Migas Indonesia (Aspermigas) menilai, para pelaku pasar masih memperkirakan adanya potensi surplus minyak global. Surplus ini lah yang harus segera dihilangkan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC serta Rusia melalui penurunan produksi secara bertahap.
Pemerintah Indonesia sendiri meminta agar kegiatan hulu dan hilir migas tetap berjalan kendati kebutuhan minyak dalam negeri berkurang seiring pandemi virus corona.
Baca Juga: Harga BBM tak kunjung turun, KPPU berencana minta keterangan ESDM
“Dalam beberapa laporan, kebutuhan minyak negara-negara di dunia sudah turun lebih dari 20%. Lalu, apakah negara-negara produsen mau menurunkan produksi hingga 30%,” ungkap Ketua Umum Aspermigas John Karamoy, Senin (27/4).
Menurutnya, dunia sedang dihadapkan pada kondisi di mana produksi minyak digenjot lebih banyak dari kebutuhan yang ada sehingga tangki atau kilang menjadi penuh. Bahkan dalam kondisi harga minyak yang rendah seperti sekarang, masih ada sumur-sumur minyak yang harus tetap berproduksi.
John berpendapat, di tengah penurunan harga minyak yang cukup tajam, opsi pengosongan kilang dapat dilakukan sehingga minyak yang ada di sana dapat dijual dengan harga miring.
Hal ini justru lebih baik dilakukan dibandingkan menyetop sumur produksi. Pasalnya, biaya yang dibebankan ke perusahaan migas akan lebih tinggi, terutama ketika menghidupkan kembali sumur produksi yang sempat berhenti beroperasi.