kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada safeguard untuk keramik India dan Vietnam, begini tanggapan pelaku industri


Minggu, 06 September 2020 / 20:13 WIB
Ada safeguard untuk keramik India dan Vietnam, begini tanggapan pelaku industri
ILUSTRASI. PT Internusa Keramik Alamasri (INKA) melakukan peremajaan mesin untuk mengembalikan kapasitas produksinya pada Rabu (24/7).


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri keramik menyambut baik penetapan  Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap produk ubin keramik asal India dan Vietnam. 

Juli Berliana, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) mengungkapkan, arus impor keramik yang tinggi, termasuk di antaranya yang berasal dari India dan Vietnam cukup menyulitkan pelaku industri keramik di dalam negeri. Sebab pasar keramik domestik memiliki ukuran yang terbatas dan cenderung tidak bertambah besar dari waktu ke waktu.

Oleh karenanya, ia menilai bahwa penetapan safeguard terhadap produk keramik impor dari India dan Vietnam bisa menjadi salah satu solusi untuk memperbesar kue yang dikuasai oleh pelaku industri keramik lokal.

Baca Juga: Safeguard diharapkan mampu dorong bisnis keramik lokal

“Mungkin dengan adanya penetapan safeguard terhadap keramik Vietnam dan India utilisasi produksi industri keramik lokal bisa meningkat,” ujar Juli saat dihubungi Kontan.co.id Jumat (4/9).

Senada, Angelica Lie, Managing Director PT Internusa Keramik Alamasri-Factory of Essenza mengatakan, penetapan safeguard terhadap produk keramik impor asal India dan Vietnam akan berdampak positif bagi industri keramik dalam negeri.

“Untuk semester kedua sampai akhir tahun ini kami tetap optimis terkait bisnis keramik Essenza, hal ini juga didukung oleh adanya tambahan bea untuk produk impor dari Vietnam dan India, ditambah rencana pemerintah untuk membendung pasokan keramik impor,” kata Angelica kepada Kontan.co.id, Jumat (4/9).

Seperti diketahui,  pemerintah baru saja mengeluarkan India dan Vietnam dari daftar negara-negara yang dikecualikan dari pengenaan BMTP ubin keramik. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 111/PMK.010/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/ PMK.010/2018 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap Impor Produk Ubin Keramik.

Dengan adanya beleid tersebut, produk keramik impor asal India dan Vietnam tidak lagi terbebas dari safeguard ubin keramik. Adapun besaran serta jangka waktu pengenaan safeguard yang dikenakan mengacu kepada ketentuan yang ada pada PMK Nomor 119/ PMK.010/2018, yakni sebesar 23% pada tahun pertama, 21% pada tahun kedua, dan 19% pada tahun ketiga dengan periode pengenaan hingga Oktober 2021. 

Diakui Angelica, bisnis keramik perusahaan memang tidak kebal dari dampak masuknya produk-produk keramik impor. Ia bilang, produk-produk keramik impor yang masuk ke Indonesia memiliki pangsa pasar yang beragam. 

Dengan demikian, meski perusahaan menyasar segmen pasar yang spesifik, yakni segmen menengah ke atas, persaingan dengan produk-produk keramik impor tidak bisa dihindari.

“Pasti terdapat produk impor yang berada di pangsa pasar yang sama dengan Essenza karena produk-produk keramik impor pun memiliki pangsa pasar yang beragam,” kata Angelica.

Beruntung, sebagai perusahaan lokal, anak perusahaan dari PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) tersebut memiliki keunggulan karena bisa memberikan jaminan servis dan layanan purnajual kepada konsumen. Selain itu, perusahaan juga melakukan inovasi dengan mengeluarkan desain-desain keramik baru untuk bersaing dengan produk keramik impor. Ke depan, strategi perusahaan masih sama, yakni terus mengoptimalkan kualitas produk dari segi desain dan ketahanan.

Sementara itu, Juli mengatakan bahwa produk-produk keramik CAKK tidak bersaing secara langsung dengan produk-produk keramik impor. Meski begitu, ia menilai bahwa kehadiran produk-produk keramik impor tetap memiliki dampak tidak langsung bagi bisnis keramik perusahaan.

Baca Juga: Keramik India dan Vietnam kena bea masuk

Pemindahan pelabuhan sebagai upaya membendung impor

Belakangan, wacana pemindahan pelabuhan impor keramik ke wilayah Indonesia Bagian Timur juga menjadi isu hangat di kalangan pelaku industri keramik. Wacana tersebut diusulkan oleh Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) dengan tujuan membendung ancaman keramik impor.

Asaki beralasan, pangsa pasar keramik sebagian besar terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali. “Pangsa pasar terbesar 75%-80% berada di Jawa Bali dan secara total persentase jumlah industri keramik yang ada di Jawa sekitar 97% dan sisa 3% di Sumatra,” terang Edy saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (6/9).

Wacana ini mendapatkan reaksi yang beragam dari sejumlah pelaku industri keramik. Angelica Lie, Managing Director PT Internusa Keramik Alamasri-Factory of Essenza mengapresiasi wacana pemindahan pelabuhan impor keramik.

Meski begitu, ia berpendapat bahwa wacana tersebut juga perlu ditinjau ulang apabila dimaksudkan sebagai solusi jangka panjang.

“Pembangunan juga akan banyak difokuskan di Indonesia Timur sehingga wilayah tersebut merupakan pangsa pasar yang cukup besar bagi Essenza,” ujar Angelica.

Sementara itu, Juli Berliana, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) menilai bahwa pemindahan pelabuhan impor keramik ke Indonesia bagian Timur hanya akan menggeser dampak dari importasi keramik ke wilayah tersebut.

Selanjutnya: Selain harga gas, industri keramik juga antisipasi produk impor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×