Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk melakukan diversifikasi ke arah bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan. Cara ini untuk mendukung Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon pada 2060 dan menangkap peluang ekonomi hijau.
Adaro yang memiliki tiga pilar pertumbuhan diantaranya Adaro Energy, Adaro Minerals, dan Adaro Green. Ketiganya berkomitmen melaksanakan kegiatan operasional yang bertanggung jawab dengan menerapkan aspek ESG (environment, social, governance). Pencapaian Adaro juga terlihat dari Indeks MSCI (Morgan Stanley Capital Indonesia) dalam peringkat ESG di level BBB.
Adaro juga berupaya melakukan inisiatif operasional, efisiensi, keselamatan pertambangan, lingkungan, dan inovasi sosial. Salah satu inisiatif yang dilakukan Adaro dalam efisiensi energi diantaranya mengurangi emisi di lokasi Terminal Khusus Batu Bara di Kelanis, Kalimantan Tengah dengan menggunakan Solar Rooftop /Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap berkapasitas 130 kWp.
Baca Juga: Mencermati Kinerja Emiten Konglomerasi Sepanjang 2023 dan Rekomendasi Analis
Inisiatif ini terus dikembangkan dengan menambah sistem pemanfaatan energi matahari dengan menggunakan floating solar panel alias PLTS Terapung berkapasitas 467 kW yang ditempatkan di atas permukaan air kolam.
Presiden Direktur PT Adaro Power, Dharma Djojonegoro mengatakan, Adaro serius mengembangkan bisnis energi terbarukan. Ekspansi Grup Adaro ke bisnis EBT ini sebagai upaya untuk melakukan penghijauan energi. "Saat ini Adaro fokus mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), dan pembangkit Listrik tenaga air (PLTA). Dari sisi teknologi, tiga EBT tersebut sudah proven dan teknologinya juga semakin berkembang sehingga akan bisa lebih ekonomis," ujar dia.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pemanfaatan PLTS yang dilakukan Adaro di kawasan pertambangan merupakan langkah baik yang dapat ditiru industri dan pertambangan lain dalam penerapan konsep ESG. "Langkah Adaro ini sejalan dengan target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia pada tahun 2030, serta komitmen pemerintah untuk mendorong transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060," terang dia.
Penggunaan PLTS di area pertambangan juga menjadi salah satu langkah efisiensi yang cukup berhasil. Menurut Dadan, hal tersebut akan mengurangi konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
Baca Juga: Bukukan Kinerja Bervariasi, Simak Rekomendasi Saham Emiten Konglomerasi
Efisiensi energi Adaro PLTS Terapung mencapai 30%, lebih tinggi dari PLTS Atap sebesar 20%. PLTS Terapung juga menggunakan panel surya jenis bi-facial yang kedua sisi panel suryanya dapat menyerap energi matahari, sehingga penyerapannya menjadi lebih maksimal untuk menyerap pantulan sinar matahari dari permukaan air.
PLTS Terapung juga dapat menurunkan suhu panel surya yang diakibatkan paparan radiasi sinar matahari, sehingga membantu memaksimalkan efisiensinya. Inovasi ini berhasil menurunkan emisi CO2, yaitu menurunkan penggunaan bahan bakar diesel dalam operasional Adaro. Pemasangan PLTS Terapung yakni di atas permukaan air juga telah mengurangi potensi kehilangan sumber daya air akibat evaporasi.
Selain PLTS di Kelanis, Adaro juga mengembangkan PLTS tahap 1 sebesar 35kWp ground-mounted (dipasang di permukaan tanah) di area PLTU Makmur Sejahtera Wisesa (MSW) di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan yang telah berhasil terpasang pada Mei 2023.
Adaro menyebut, keberadaan PLTS ini untuk membantu meningkatkan bauran energi terbarukan untuk operasional PLTU PT MSW. Pada semester II tahun 2023 PLTS tersebut mampu memproduksi energi listrik sebesar 26.278 kWh atau ± 52.556 kWh per tahun sehingga berhasil mengurangi emisi karbon sekitar ± 79 ton per tahun.
Baca Juga: Pasar Mobil Bekas Diramal Menggeliat Jelang Lebaran, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News