kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   15.000   1,02%
  • USD/IDR 15.835   20,00   0,13%
  • IDX 7.204   70,13   0,98%
  • KOMPAS100 1.108   14,56   1,33%
  • LQ45 879   11,30   1,30%
  • ISSI 220   3,39   1,56%
  • IDX30 450   6,45   1,45%
  • IDXHIDIV20 543   7,54   1,41%
  • IDX80 127   1,87   1,49%
  • IDXV30 135   1,33   0,99%
  • IDXQ30 150   1,90   1,29%

Agar CNG berkembang, pengusaha minta harga BBM bersubsidi dinaikkan


Selasa, 06 Desember 2011 / 16:25 WIB
Agar CNG berkembang, pengusaha minta harga BBM bersubsidi dinaikkan
ILUSTRASI. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kenaikan harga eceran Bahan Bakar Gas (BBG) untuk sektor transportasi dari Rp 3.100 menjadi Rp 4.100 per liter setara premium tidak serta-merta bisa mendongkrak permintaan BBG, jika pemerintah tidak menata ulang subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang berlaku saat ini.

Tanpa penataan ulang, subsidi energi melalui kenaikan harga dan pengurangan kuota volume BBM bersubsidi membuat kenaikan harga BBG justru bisa membuat program konversi ini kembali gagal.

Saat ini berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No 2932K/12/MEM/2010 harga eceran BBG sebesar Rp 3.100 per liter setara premium. Pemerintah saat ini sedang mengkaji untuk menaikkan harga jual tersebut menjadi Rp 4.100 per liter setara premium, sesuai dengan harga keekonomian.

Ketua Asosiasi Perusahaan Compressed Natural Gas (CNG), Dennie Praditya, setuju rencana pemerintah menaikan harga BBG. Menurutnya, program konversi BBM ke BBG harus disertai dengan penataan ulang subsidi BBM mulai dari penentuan harga BBM hingga pengurangan volume kuota BBM bersubsidi.

Menurut Dennie, rencana kenaikan harga eceran BBG ini justru bisa mengakibatkan permintaan BBG akan berkurang apabila harga premium tetap Rp 4.500 per liter. "Hanya dengan disparitas harga Rp 400 per liter, akan mengurangi permintaan BBG apabila tanpa diikuti pengurangan volume dan menaikkan harga BBM bersubsidi," ujar Dennie kepada wartawan saat ditemui di sela-sela acara Go Gas Indonesia National Forum di Jakarta, Selasa (6/12).

Dennie mengatakan, para pengusaha pada dasarnya setuju dengan program pemerintah untuk mendorong penggunaan BBG. Hanya saja, program ini tidak bisa dilakukan secara parsial tanpa penataan ulang kebijakan subsidi energi.

"Kami sudah melakukan investasi dalam menunjang program konversi BBG tersebut. Dan sejauh ini kami melihat bahwa komitmen yang dikeluarkan pemerintah bersifat sektoral dan belum bersifat lintas sektoral dan ini bagi kami sebagai pengusaha menjadi ragu," ujar Dennie.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan bilang, sejak pertama kali dicanangkan, jumlah Natural Gas Vehicle (NGV) yang menggunakan CNG terus mengalami perkembangan, hingga mencapai puncaknya sebanyak 6.600 unit pada tahun 2000.

"Namun, karena kebijakan harga BBM bersubsidi yang tidak dapat mendorong pemanfaatan BBG dan disertai adanya kendala-kendala operasional lainnya di lapangan, jumlah tersebut mengalami penurunan, hingga hanya mencapai 500 unit pada tahun 2006," papar Keren.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective [Intensive Boothcamp] Financial Statement Analysis

[X]
×