Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Agincourt Resources (PTAR) membantah narasi yang beredar terkait hubungan antara bencana longsor dan banjir bandang di Tapanuli Selatan dan Tambang Emas Martabe.
"Temuan kami menunjukkan bahwa mengaitkan langsung operasional Tambang Emas Martabe dengan kejadian banjir bandang di Desa Garoga merupakan kesimpulan yang prematur dan tidak tepat," ungkap manajemen dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (02/12/2025).
Manajemen PTAR menyebut, menurut analisa mereka terdapat beberapa alasan, salah satunya terkait dengan adanya Siklon Senyar.
"Silkon Senyar menyebabkan hujan dengan intensitas sangat lebat di wilayah Tapanuli Selatan. Curah hujan ini begitu ekstrem dan secara statistik mewakili curah hujan maksimum yang tidak pernah terjadi setidaknya dalam 50 tahun terakhir," jelas manajemen.
Baca Juga: Kemendag Tetapkan Harga Referensi CPO Turun 3,9% pada Desember 2025
Hujan dengan volume luar biasa tersebut jatuh merata di seluruh Sumatra bagian utara termasuk kawasan Hutan Batang Toru, sebuah kawasan hulu dari sungai-sungai utama yang mengalir di Kecamatan Batang Toru, seperti Sungai (Aek) Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru.
"Titik utama dan awal bencana banjir terjadi di Desa Garoga yang berada di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga dan menyebar ke beberapa desa tetangga seperti Huta Godang, Batu Horing, Sitinjak dan Aek Ngadol," tambah manajemen.
Lebih lanjut, bencana banjir bandang diakibatkan ketidakmampuan alur Sungai Garoga menampung laju aliran massa banjir.
Hal ini dipicu oleh efek penyumbatan masif material kayu gelondongan di Jembatan Garoga I dan Jembatan Anggoli (Garoga II).
Efek sumbatan ini mencapai titik kritis pada sekira 25 November sekitar pukul 10 pagi, menyebabkan perubahan tiba-tiba pada alur sungai, akibatnya dua anak sungai Garoga bergabung menjadi satu aliran baru yang menerjang langsung Desa Garoga.
PTAR juga menjelaskan perusahaan beroperasi di sub DAS Aek Pahu yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga.
Meskipun kedua sungai tersebut bertemu, perusahaan menyebut titik pertemuannya berada jauh di hilir Desa Garoga dan terus mengalir ke pantai barat Sumatra, sehingga aktivitas PTAR di DAS Aek Pahu tidak berhubungan langsung dengan bencana di Garoga.
"Lima belas (15) Desa Lingkar Tambang yang sebagian besar berada di sub DAS Aek Pahu tidak mengalami dampak yang signifikan, bahkan saat ini difungsikan sebagai pusat-pusat pengungsian," jelas manajemen.
Adapun, investigasi lebih lanjut melalui pengamatan udara menggunakan helikopter di kawasan hulu Sungai Garoga menguatkan argumen sumber penyebab banjir.
"Di titik pengamatan yang berada di sub DAS Garoga, didapatkan bukti visual terjadinya secara masif, longsoran (landslide) yang terjadi di tebing-tebing alur Sungai Garoga, termasuk di kawasan hutan lindung," ungkap pihak PTAR.
Baca Juga: Chandra Daya (CDIA) Bangun Fasilitas Bitumen Kapasitas 12.000 m³ Beroperasi 2026
Tambang Emas Martabe melakukan kegiatan penambangan sepenuhnya di Areal Penggunaan Lain (APL), di luar kawasan hutan Batang Toru.
Longsoran-longsoran inilah yang menurut perusahaan menjadi sumber langsung dari sebagian besar material lumpur dan batang-batang kayu yang ditemukan di Sungai Garoga.
"Namun demikian, temuan ini masih merupakan indikasi awal, kajian lebih lanjut diperlukan untuk secara lengkap mencari sumber penyebab lainnya," tutup manajemen.
Selanjutnya: Indeks Dolar AS Melemah, Begini Proyeksinya Hingga Akhir Tahun 2025
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Besok Rabu 3 Desember 2025, Siapa Bersinar?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













