kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akan lunasi obligasi jatuh tempo Rp 700 Miliar, ini rencana Tower Bersama (TBIG)


Jumat, 10 Juli 2020 / 15:46 WIB
Akan lunasi obligasi jatuh tempo Rp 700 Miliar, ini rencana Tower Bersama (TBIG)
ILUSTRASI. Tower Bersama (TBIG) memiliki obligasi senilai Rp 700 miliar yang akan jatuh tempo pada 19 September 2020.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) saat ini tengah mempersiapkan penerbitan obligasi dengan tujuan refinancing surat utang sebelumnya yang akan jatuh tempo pada semester II 2020 mendatang.

Perlu diketahui, TBIG memiliki Obligasi Berkelanjutan II Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2017 dengan jumlah pokok Rp 700 miliar yang akan jatuh tempo pada 19 September 2020. Surat utang itu memiliki tenor 3 tahun dengan tingkat kupon 8,4%.

Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso menyebut, tengah mempersiapkan penerbitan obligasi. Emisi tersebut akan dikhususkan untuk keperluan refinancing surat utang yang jatuh tempo pada Semester II/2020.

Menurutnya, obligasi merupakan alternatif pendanaan yang efisien. Ia mengharapkan pasar sudah mulai pulih pada semester II/2020.

Baca Juga: Prospek Tower Bersama Cerah, Simak Rekomendasi Saham TBIG

TBIG berencana melunasi pinjaman itu dengan kombinasi kas internal dan penerbitan obligasi baru. “Kami akan melunasi obligasi jatuh tempo dengan penerbitan obligasi baru, dikombinasi dengan kas internal. Cost of fund dari obligasi rupiah juga cukup bagus baik dari sisi emiten maupun investor,” kata Helmy kepada Kontan.co.id, Jumat (10/7).

Meski Begitu, Helmy belum mengungkapkan berapa nilai obligasi yang akan diterbitkan. Menurutnya, jumlah emisi saat ini masih didiskusikan mengingat kondisi market yang belum pulih. "Belum ditentukan. Masih melihat kondisi pasar ke depannya," ujarnya.

Helmy juga menyebut, kemampuan TBIG melunasi kewajiban tidak terpengaruh oleh penyebaran pandemi Covid-19. Pasalnya, semua pelanggan TBIG sudah memiliki kontrak jangka panjang dan tetap membayar sewa tepat waktu. “Saat ini kami masih punya pinjaman yang belum ditarik senilai Rp 3,5 triliun. Jadi, kemampuan cash flow kami sangat aman,” katanya.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2020, TBIG mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp 1,26 triliun dan Rp 1,08 triliun untuk periode Januari-Maret 2020. Jika triwulan pertama ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA TBIG mencapai Rp 5,04 triliun dan Rp 4,34 triliun.

TBIG memiliki 29.997 penyewaan dan 15.681 sites telekomunikasi per 31 Maret 2020. Sites telekomunikasi milik TBIG terdiri dari 15.540 menara telekomunikasi dan 141 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 29.856, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) TBIG mencapai 1,92 kali.

Pada kuartal pertama 2020, TBIG mencapai pertumbuhan penyewa organik terbesar yang pernah dicapai. TBIG menambahkan 1.402 penyewaan kotor, yang terdiri dari 134 sites telekomunikasi dan 1.268 kolokasi.

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) serap capex Rp 801,24 miliar di kuartal I-2020

TBIG mengharapkan pertumbuhan organik tetap kuat untuk membantu operator telekomunikasi dalam memperluas jangkauan jaringan di seluruh negeri.

Helmy mengatakan, fokus TBIG ke depan ada pada pelaksanaan yang tepat waktu untuk menyelesaikan pesanan dan pelayanan berkelanjutan kepada pelanggan telekomunikasi, sambil mengambil langkah-langkah tambahan.

"Dengan situasi ini yang terus berkembang, tim manajemen kami berusaha keras untuk menjaga kemampuan kami untuk beroperasi di masa yang tidak pasti ini. Organic growth di kuartal II 2020 masih cukup kuat,” tambahnya.

Baca Juga: Ada Perusahaan Sandiaga Uno Dibalik Transaksi Jumbo Saham TBIG Rp 1,39 Triliun

Berdasarkan pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, TBIG telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 801,24 miliar pada kuartal I-2020. Capex tersebut digunakan untuk menambah properti investasi, aset hak guna, dan aset tetap.

Properti investasi tersebut dapat berupa tanah dan bangunan untuk kantor. Sementara aset tetap adalah menara telekomunikasi. Sebagian capex tersebut juga digunakan untuk melunasi menara telekomunikasi yang telah dibangun pada 2019.

Sebelumnya, TBIG mengalokasikan capex Rp 1 triliun sampai Rp 2 triliun untuk ekspansi organik pada 2020. Dana ini berasal dari kas internal dan pinjaman bank.

Meskipun begitu, TBIG tidak menutup kemungkinan untuk ekspansi kepemilikan menara telekomunikasi secara anorganik melalui akuisisi menara.

Baca Juga: Ternyata, Pembeli Saham TBIG Senilai Rp 523,83 Miliar adalah Provident Capital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×