Reporter: Nurmayanti | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Krisis ekonomi global menyusutkan volume perdagangan Indonesia dan China. Pemerintah China melansir, volume perdagangan Indonesia-China anjlok 20% menjadi US$11,7 miliar di semester I/2009 dibandingkan semester I/2008. Sementara bila mengacu pada data BPS, nilai perdagangan kedua negara pada semester I/2009 hanya turun 15,4% dari US$ 11,392 miliar semester I/2008 menjadi US$ 9,633 miliar.
Penurunan itu akibat anjloknya permintaan produk atau komoditas seperti, karet, tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki dan lainnya. Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qiyue mengungkapkan hal ini pada saat forum kerjasama perekonomian antara Provinsi Henan dengan Departemen Perindustrian, kemarin. ”Karena terimbas krisis finansial internasional, pada semester I/2009 volume perdagangan adalah US$ 11,7 miliar, turun 20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” kata Zhang, kemarin (24/8).
Penurunan ini cukup disayangkan mengingat sejak tahun 2001, nilai volume perdagangan Indonesia-China rata-rata tumbuh 20%. Bahkan, pada 2008, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 31,5 miliar. Angka ini tertinggi dalam beberapa tahun terakhir sejak 2001.
Perolehan nilai perdagangan di 2008 juga mewujudkan target perdagangan kedua negara yang pernah di sepakati pada 2005 lalu. Kala itu, China dan Indonesia sepakat meningkatkan kerjasama perdagangan kedua negara mencapai US$ 30 miliar hingga 2010.
Meski begitu, Zhang mengungkapkan, tanda tanda pemulihan kerjasama perdagangan kedua negara sudah mulai membaik. Ini terlihat dari pertumbuhan nilai perdagangan di kuartal II/2009 yang naik 37,2% dibandingkan kuartal I/2009. Meski secara total diakumulasi hingga satu semester, nilai perdagangan kemudian anjlok 20%.
Sebab itu, China bakal terus menjalin kerjasama perdagangan yang lebih erat dengan Indonesia.” Sekarang Indonesia merupakan mitra perdagangan terbesar keempat di ASEAN bagi China, di mana China merupakan tujuan impor non migas terbesar, mitra perdagangan terbesar ketiga serta tujuan ekspor terbesar keempat bagi Indonesia,” lanjutnya.
Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian (Depperin) Agus Tjahajana mengatakan, China telah menjadi rekan penting bagi Indonesia. Hal ini terlihat dari tingginya impor non migas Indonesia dari China setiap tahun dan sebaliknya. Dengan produk andalan mulai dari pertambangan, manufaktur hingga pertanian. Selain itu, investasi menjadi salah satu pendorong pertumbuhan perdagangan kedua negara.
Meski bila dilihat dari realisasi investasi asing di Indonesia pada 2008 yang mencapai US$ 14,8 miliar, investasi China hanya sekitar 0,94%. “Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi China yang demikian tinggi, diharapkan investasi China akan mengalir ke Indonesia sehingga dapat memberikan kontribusi lebih,” kata Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News