kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.310   12,00   0,07%
  • IDX 7.156   38,26   0,54%
  • KOMPAS100 1.043   8,35   0,81%
  • LQ45 800   4,89   0,62%
  • ISSI 232   2,05   0,89%
  • IDX30 415   0,46   0,11%
  • IDXHIDIV20 485   0,27   0,06%
  • IDX80 117   0,78   0,67%
  • IDXV30 119   -0,05   -0,04%
  • IDXQ30 133   0,10   0,08%

Dampak Perang Israel-Iran Berpotensi Kerek Harga BBM Bersubsidi


Selasa, 17 Juni 2025 / 14:54 WIB
Dampak Perang Israel-Iran Berpotensi Kerek Harga BBM Bersubsidi
ILUSTRASI. Pengeboran migas lepas pantai oleh Pertamina.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari perang Israel - Iran berpotensi mengerek harga BBM berubsidi seperti Pertalite. Serangan hari pertama Israel terhadap Iran telah menaikkan harga minyak dunia yang signifikan.

Pada Jumat 13 Juni 2025, harga minyak mentah Brent meroket hingga 13% menjadi US$ 78,50 per barel, kenaikan tertinggi sejak Januari 2025.

Saat ini, harga pasar bergerak menuju US$ 88-90 per barel. Kenaikan US$ 1 saja bisa menambah beban subsidi dan kompensasi hingga Rp 1,5 triliun per tahun.

Pasalnya, APBN 2025 hanya mengasumsikan harga ICP di level US$ 82 per barel.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, sebagai net-importer, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap perekonmomian Indonesia.

“Kalau eskalasi konflik Israil-Iran meluas, tidak bisa dihindari harga minyak dunia akan melambung, bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas US $ 100 per barrel,” kata Fahmy dalam keterangan resmi, Selasa (17/6).

Baca Juga: Dampak Negatif untuk Indonesia Jika Harga Minyak Dunia Naik Terus

Bahkan, lanjut Fahmy, JP Morgan memperkirakan harga minyak dunia bisa melonjak hingga US$ 130 per barel jika eskalasi perang meluas hingga Iran menutupSelat Hormuz, yang menjadi lalu lintas pengangkutan minyakdunia. 

Dalam kondisi tersebut, Pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri. 

“Kalau harga BBM Subsidi tidak dinaikan, beban APBN akan membengkak,” ujar Fahmy.

Di samping itu, kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM.Ujung-ujungnya makin memperlemah kurs rupiah terhadap dollar AS, yang sempat menembus Rp 17.000 per dollar AS.

“Kalau harga BBM Subsidi dinaikan, sudah pasti akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat dan pertumbuhanekonomi,” ungkap Fahmy.

Baca Juga: Harga Minyak Meroket Akibat Perang Israel-Iran, RI akan Genjot Produksi

Menurut Fahmy, dalam kondisi ketidakpastian, Pemerintah jangan memberikan PHP (Pemberian Harapan Palsu) kepada rakyat yang dengan santai mengatakan bahwa perang Iran-Israil tidak mengganggu perekonomian Indonesia.

Pemerintah sebaiknya bersikap realistis dengan mengantisipasi penetapan harga BBM Subsidi berdasarkan indikator terukur.

“Kalau harga minyak dunia masih di bawah US $100 per barrel, harga BBM Subsidi tidak perlu dinaikan,” tutur Fahmy. 

Namun, sambung Fahmy, kalau harga minyak dunia mencapai di atas US $100 per barrel, Pemerintah tidak punya pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM Subsidi, agar beban APBN untuk Subsidi tidak memberatkan.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Imbas Perang Israel-Iran, Beban RI sebagai Importir Kian Berat

Selanjutnya: Fluminense vs Dortmund: Prediksi, Jadwal, dan Link Streaming Piala Dunia Antarklub

Menarik Dibaca: Kredivo Indonesia Tunjuk Andre Rasjid sebagai Komisaris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×