kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Alkindo Naratama (ALDO) optimistis mampu bukukan penjualan Rp 1,1 triliun tahun ini


Jumat, 14 Agustus 2020 / 08:00 WIB
Alkindo Naratama (ALDO) optimistis mampu bukukan penjualan Rp 1,1 triliun tahun ini
ILUSTRASI. Kemasan makanan dari kertas cokelat produksi PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO)


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alkindo Naratama Tbk masih optimis bisnisnya bisa melaju di tengah pandemi corona (covid-19). Sampai tutup tahun nanti, emiten kertas, bahan kimia dan polimer berkode saham “ALDO” tersebut optimistis masih bisa mengejar target penjualan sekitar Rp 1,1 triliun, tumbuh tipis 0,32% dibanding realisasi tahun lalu.

Direktur Utama  PT Alkindo Naratama Tbk, Herwanto Sutanto mengatakan, permintaan industri kemasan terhadap kertas di segmen produk hulu serta produk-produk paper core dan film core (gulungan untuk kemasan fleksibel) di lini kertas konversi perusahaan  masih cukup baik. Hal ini didukung oleh kebutuhan kemasan di sektor fast moving consumer goods (FMCG) yang masih tinggi.

Di sisi lain, lini usaha polimer juga dikatakan masih cukup stabil meski di tengah pandemi, sebab produk-produk polimer yang dihasilkan diserap oleh pemain dari industri yang beragam, mulai dari kertas hingga furnitur.

Dengan begitu, permintaan polimer yang menurun pada suatu sektor industri tertentu bisa ditutup dengan permintaan polimer pada sektor industri lainnya.

Baca Juga: Alkindo Naratama Genjot Kinerja dari Lini Bisnis Kemasan Makanan

Sementara itu, lini usaha bahan kimia diakui Herwanto memang sempat mengalami penurunan. Maklum, bahan-bahan kimia yang didistribusikan dan diperjualbelikan kebanyakan menyasar industri tekstil dan produk tekstil (TPT), sementara utilisasi pabrikan TPT yang ada belakangan menurun akibat permintaan pasar yang lesu.

Meski begitu, penurunan tersebut sudah coba diimbangi dengan mengalihkan fokus penjualan ke produk-produk bahan kimia yang permintaannya masih baik, seperti misalnya bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan alat pelindung diri (APD), dan lain sebagainya.

Dengan adanya sejumlah alasan tersebut, ALDO mengklaim masih mampu mencatatkan tren kinerja yang positif di awal kuartal ketiga sejauh ini.

“Sekarang pun kami sudah melihat tren di awal-awal dari Juli Agustus dan ini kelihatannya trennya membaik dibandingkan sama posisi first quarter,” kata Herwanto dalam paparan publik yang dihelat secara virtual, Kamis (13/8).

Sebagai informasi, ALDO memang memiliki 4 lini usaha yang berbeda, yakni kertas, kertas konversi, polimer, dan kimia. Tiga lini usaha di antaranya dijalankan oleh tiga  anak usaha yang berbeda, yaitu PT Eco Paper Indonesia (EPI) yang bergerak di bidang manufaktur kertas (kertas cokelat),  PT Swisstex Naratama Indonesia (SNI) yang bergerak di bidang distribusi bahan kimia tekstil, dan PT Alfa Polimer Indonesia (API) yang bergerak di bidang manufaktur polimer seperti lem kayu, lem kertas, dan lain-lain.

Sementara itu, lini usaha manufaktur kertas konversi dijalankan oleh Alkindo Naratama sendiri selaku entitas induk.

Sampai akhir semester pertama tahun ini, akumulasi penjualan bersih dari keempat lini usaha ini sudah mencapai Rp 519,62 miliar atau kurang lebih setara dengan 47,23% dari total target penjualan Rp 1,1 triliun.

Secara terperinci, realisasi tersebut terdiri atas penjualan kertas sebesar Rp 183,67 miliar, kertas konversi Rp 138,06 miliar, kimia Rp 121,40 miliar, dan polimer Rp 76,46 miliar.

Baca Juga: Alkindo Naratama memupuk peluang bisnis kemasan makanan

Selain membidik target penjualan sebesar Rp 1,1 triliun, ALDO juga masih optimistis masih bisa mengejar target laba bersih sebesar Rp 66 miliar sampai tutup tahun ini. Herwanto tidak menampik bahwa kinerja bottom line perusahaan memang masih kurang memuaskan di enam pertama.

Mengintip laporan keuangan perusahaan, laba bersih yang dapat diiatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 18,96% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 22,67 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 19,06 miliar pada semester I 2020 lalu.

Herwanto bilang, penurunan tersebut dipicu oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat terjadi di semester pertama tahun ini, sebab ALDO memiliki utang berdenominasi mata uang dolar AS.

Meski begitu, ke depannya Herwanto optimistis kendala serupa tidak akan menghambat pencapaian target laba bersih perusahaan secara signifikan sampai tutup tahun ini.

“Saat itu utang kita belum di-hedge, jadi salah satu yang menggerus adalah utang USD. Tapi belakangan kita sudah mulai hedge sebagian dari utang-utang USD. Dan rupiahnya juga ada kecenderungan untuk lebih menguat,” ujar Herwanto.

Merambah produk baru

Selain menjalankan lini usaha terdahulu, ALDO juga tengah menekuni unit usaha baru bisnis kemasan makanan (food packaging) melalui produk baru paper box sejak kuartal pertama tahun ini. Terbuat dari kertas cokelat, penjualan produk baru  ini menyasar para pelaku usaha UMKM.

Kegiatan produksi produk baru food packaging ini dilakoni langsung oleh  PT Alkindo Naratama Tbk selaku entitas induk, sementara bahan baku kertas cokelat yang dibutuhkan dalam pembuatan produk baru dipasok oleh entitas anak usaha PT Eco Paper Indonesia (EPI).

Baca Juga: Tertekan kenaikan harga bahan baku, laba bersih ALDO menyusut di kuartal I-2020

Herwanto mengatakan, penjualan produk baru paper box mendapat respon yang positif dari pelaku usaha UMKM. Oleh karenanya, ALDO telah memperluas jangkauan penjualan produk baru.

Kini, produk baru paper box telah menjangkau para pelaku usaha UMKM di beberapa wilayah di luar Pulau Jawa seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan  Barat, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Mulanya, distribusi penjualan paper box hanya menjangkau para pelaku usaha UMKM yang berada di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, dan Jawa Timur.

Ke depannya, ALDO akan terus berupaya mengembangkan unit usaha food packaging. Tahun ini, ALDO menyiapkan dana sekitar Rp 6 miliar untuk mengembangakan unit usaha baru tersebut di luar investasi-investasi untuk entitas anak usaha lainnya.

Sampai dengan akhir semester I 2020 lalu, ALDO telah menghabiskan Rp 3,5 miliar dari total Rp 6 miliar yang dianggarkan untuk menambah line produksi dan membeli mesin-mesin produksi di pabrik ALDO.  Sisanya akan dipergunakan untuk menambah beberapa lain produksi lainnya serta memperluas area produksi.

Herwanto mengakui, meski mencatatkan pertumbuhan yang positif, kontribusi penjualan produk baru paper box masih terbilang kecil bila dibanding kontribusi penjualan produk dari segmen usaha lainnya untuk tahun ini.

Walaupun begitu, ke depannya ia memproyeksi penjualan paper box bisa mencapai 20%-22% dari total penjualan ALDO selaku entitas induk.

“Angka (penjualan produk baru) belum terlalu besar, memang bagian dari edukasi pasar, tetapi responnya sudah sangat baik dan kita happy dengan keadaan, kita targetkan di akhir tahun kita bisa mendapatkan turnover per bulan sekitar 5 miliar,” kata Herwanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×