Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Inilah mimpi besar baru Merukh Enterprises, kerajaan bisnis milik pengusaha Jusuf Merukh, berencana membangun pabrik pengolah bijih besi di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Lewat anak usahanya, PT Merukh Iron & Steel, Merukh mengklaim akan membangun dua pabrik pengolahan bijih besi lengkap dengan infrastruktur pendukungnya di Sumba.
Merukh mengklaim akan menggandeng Paul Wurth SA dan SMS Siemag AG. Pekan lalu kabarnya mereka telah menandatangani kerja sama proyek pabrik. "Dua pabrik pengolahan bijih besi itu masing-masing berkapasitas 2x3,5 juta ton per tahun," kata Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) Merukh Enterprises Rudy Merukh, akhir pekan lalu.
Total investasi untuk pembangunan dua pabrik itu mencapai € 35 miliar atau sekitar Rp 425 triliun (€ 1= Rp 12.147). Perinciannya, € 25 miliar biaya pembangunan pabrik, dan sisanya modal pembangunan infrastruktur.
Mulai beroperasi 2015
Merukh berharap pabrik pengolahan bijih besi ini mulai beroperasi tahun 2015. Kedua pabrik itu masing-masing berada di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat. Kedua pabrik ini akan mengolah bijih besi dari hasil eksplorasi PT Sumba Prima Iron, anak usaha Merukh Enterprises di bidang pertambangan bijih besi.
Cadangan bijih besi di Sumba Barat, konon, mencapai 977 juta ton dengan kadar 68% Fe, dan 1.000 juta metrik ton di Di Sumba Timur. "Kami sedang dalam persiapan memproduksi bijih besi dari kedua tambang itu. Data ESDM dan foto satelit yang kami miliki mendukung cadangan bijih besi tersebut," kata Gustaaf Y N Merukh, Direktur Eksekutif PT Sumba Prima Iron.
Menurut Gustaaf, pembangunan kedua pabrik pengolahan bijih besi tersebut akan mulai Agustus 2013. Perusahaannya bersama Paul Wurth dan SMS Siemag berupaya mempercepat proses studi kelayakan demi mematangkan pembangunan dua pabrik. "Kami sangat yakin dengan pasar baja ke depan, karena produksi dua pabrik baja kami itu hanya mencukupi sepertiga kebutuhan baja di Indonesia," ujar Gustaaf.
Diperkirakan pada 2020 kebutuhan baja Indonesia mencapai 20 juta ton per tahun, dan 2030 akan mencapai 30 juta ton per tahun.
Rudy menambahkan, kehadiran dua pabrik itu akan menyumbang nilai tambah dan multiplier effect bagi kepentingan daerah dan nasional. Karena itu, dia mengapresiasi kesediaan Paul Wurth dan SMS Siemag dalam membangun dua pabrik tersebut.
Dia juga mengklaim bahwa kelak pembangunan dua pabrik pengolahan bijih besi di Sumba itu bertujuan mengakselerasi posisi Indonesia sebagai negara industri yang kuat di Asia Tenggara pada 2025.
Sebelum ini, Merukh Enterprises juga mengklaim telah menggandeng Salgaocar Mining Industries asal India dan ESG Eisenerz-Stahl asal Jerman untuk menggarap tambang bijih besi. Belum jelas bagaimana kelanjutan proyek kerjasama tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News