Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana implementasi program biodiesel B50 dinilai dapat semakin menekan ekspor minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia, di tengah melemahnya permintaan dari negara tujuan utama seperti China dan India.
Alvin Tai, Analis Komoditas Pertanian Bloomberg, mengatakan program biodiesel Indonesia yang sejak beberapa tahun terakhir terus ditingkatkan telah menggerus pasokan ekspor Indonesia.
Kondisi tersebut terlihat dari penurunan pengiriman CPO ke Amerika Serikat (AS) pada tahun ini. Pada tahun 2024, Indonesia mengekspor total 1,54 juta ton minyak sawit ke AS dengan nilai US$ 1,59 miliar.
“Dalam tujuh bulan pertama tahun ini, ekspor (CPO ke AS) telah turun 25,8%. Saya tidak yakin apa penyebabnya, saya pikir kemungkinan karena Indonesia mengurangi total volume ekspor,” ungkap Alvin pada acara IPOC 2025 di Nusa Dua, Bali, Jumat (14/11/2025).
Baca Juga: BPDB : Biodiesel jadi Pilar Stabilitas Harga Sawit dan Energi Nasional
Dia melanjutkan, tekanan ekspor ini justru terjadi pada saat Malaysia meningkatkan penetrasi ke pasar AS.
Menurutnya, dalam tujuh bulan pertama tahun ini, ekspor Malaysia ke AS sudah hampir menyamai total ekspor Indonesia sepanjang 2024.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa setiap penurunan pasokan dari Indonesia langsung diambil alih oleh Malaysia,” kata dia.
Lebih jauh, penurunan ekspor juga terlihat dari melemahnya permintaan dari China dan India, di mana impor minyak sawit China dan India pada kuartal ketiga tahun ini berada di level terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Menurutnya, kondisi ini terjadi sebagai konsekuensi langsung dari program biodiesel Indonesia, yang telah mengurangi volume yang tersedia untuk ekspor.
Baca Juga: Kementerian ESDM Siap Gelar Road Test B50 Awal Desember Sebelum Mandatori 2026
Program B50 tahun depan juga diperkirakan akan menambah kebutuhan minyak sawit domestik sekitar 3,5 juta ton.
Ia menegaskan, penyerapan ini dinilai berpotensi menghambat upaya pemerintah memaksimalkan ekspor di tengah kondisi neraca perdagangan yang mulai melemah.
“Dengan kebutuhan tambahan 3,5 juta ton untuk program B50, hal tersebut akan bertentangan dengan upaya memaksimalkan ekspor,” tegasnya.
Selanjutnya: 5 Film Indonesia dengan Rating 100% di Rotten Tomatoes, Ada Penyalin Cahaya
Menarik Dibaca: Mapple Finance Menempati Puncak Kripto Top Gainers saat Pasar Ambles
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













