Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga komoditas yang jeblok tahun lalu menyebabkan laju bisnis PT Ancora Indonesia Resources Tbk tersendat. Alhasil pendapatan emiten berlogo OKAS tahun lalu sepertinya belum mampu melampaui target.
Sayang, Charles D. Gobel, Direktur Utama Ancora Indonesia tidak merinci hasil pendapatan tahun lalu, Yang jelas, ia menyebutkan tahun 2016 adalah periode yang berat bagi para pelaku industri pertambangan minyak, seperti Ancora Resources.
Maklum, harga minyak dunia tahun lalu sempat jeblok di bawah US$ 50 per barel. Kondisi ini sangat mempengaruhi pendapatan Ancora, yang mengandalkan bisnis pengeboran minyak dan perawatan sumur minyak.
Tapi seiring mulai membaiknya harga minyak, manajemen perusahaan ini menargetkan, pendapatan yang bisa diraih perusahaan ini bisa tumbuh hingga 10% pada tahun ini. "Itu harapan kami," katanya kepada KONTAN, Rabu (22/10).
Meski mematok pertumbuhan positif, Charles menyebutkan, pihaknya tidak akan ekspansi besar-besaran pada tahun 2017. Justru perusahaan ini bakal memaksimalkan utilitas dari pabrik serta dari rig pengeboran yang ada.
Maklum, belanja modal yang disiapkan perusahaan ini hanya antara US$ 1 juta sampai US$ 2 juta pada tahun ini. "Tidak ada rencana besar tahun ini, cuma peremajaan mesin dan peningkatan utilitas" katanya.
Misalnya di bisnis penyewaan rig. Ia mengharapkan, lini bisnis yang dipegang anak usaha di bidang pengeboran minyak dan gas bumi (migas), yakni PT Bormindo Nusantara bisa lebih baik dalam menjalankan bisnis tersebut ketimbang tahun ini.
Harga minyak yang mulai menanjak diperkirakan bisa membuat kegiatan eksplorasi migas semakin bergairah. "Mudah-mudahan, dengan bergairahnya harga minyak, dari total 14 rig yang kami punyai, paling tidak 10 rig dapat beroperasi," tuturnya.
Sementara terkait anak usaha yang lain di bidang bahan peledak, yakni PT Multi Nitrotama Kimia, ia justru agak pesimistis. Charles melihat, tahun ini konsumsi nasional untuk bahan peledak tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu, yakni sebanyak 400.000 ton per tahun.
Kondisi ini lantaran kegiatan eksplorasi tambang masih terbatas. Padahal, produksi bahan peledak secara nasional bisa mencapai 500.000 ton per tahun.
Tak heran bila Ancora tidak mematok pertumbuhan signifikan bagi lini bisnis bahan peledak tersebut. Perusahaan ini cuma mematok pertumbuhan bisnis sekitar 5% sampai akhir tahun ini.
Supaya target tercapai, perusahaan ini berencana mematok produksi bahan peledak hingga 90.000 ton per tahun. Sejatinya, produksi tersebut lebih tinggi ketimbang sebelumnya, tapi Charles tidak merinci besaran. Yang pasti, kapasitas produksi bahan peledak perusahaan ini mencapai 130.000 ton per tahun.
Dalam catatan KONTAN sebelumnya, perusahaan ini menargetkan pendapatan tahun lalu sebesar US$ 100 juta. Artinya tahun ini mematok pendapatan US$ 110 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News