Reporter: Umi Kulsum | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Produsen alat peledak, PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) menargetkan kenaikan volume produksi sebesar 10% di tahun 2017 mendatang. Saat ini produksi Amonium Nitrat dan Asam Nitrat mencapai 80.000 ton per tahun dari kapasitas terpasang 140.000 ton per tahun di Cikampek, Jawa Barat.
Presiden Direktur Ancora Charles Daniel Gobel mengatakan, bisnis pertambangan dan batu bara yang saat ini mulai menggeliat, akan berlanjut pada tahun depan. Karenanya, OKAS mengantisipasi tambahan produksi untuk memenuhi lonjakan permintaan perusahaan tambang itu.
Selain itu, tahun ini OKAS juga melakukan penjajakan pasar Malaysia, untuk menawarkan produk Amonium Nitrat dan Asam Nitrat. Dua produk ini bisa menjadi bahan baku dari bahan peledak. Memang di OKAS kontribusinya dua produk ini terhadap penghasilan masih mini, yakni sekitar 1%–2% dari total penjualan. "Kami baru mengekspor Amonium Nitrat sekitar 100 ton ke Malaysia, masih uji coba," katanya kepada KONTAN, Jumat (2/12).
Demi memuluskan rencana tersebut, manajemen OKAS terus berupaya mencari pembeli dari negara-negara lain. Selain itu, OKAS juga sudah mengoperasikan pabrik penyulut ledakan atau detonator di Samarinda sejak Agustus 2016. Pabrik itu dikelola anak usahanya PT Multi Nitrotama Kimia (MNK). Pabrik ini berlokasi di Muara Kembang, Samarinda dengan berkapasitas produksi 2 juta pertahun. "Sampai akhir tahun kami targetkan produksi 200.000 ton," ujar Charles.
Sedangkan untuk tahun depan Charles menyebut OKAS akan mengalokasikan belanja modal US$ 2 juta. Dana belanja modal ini akan mereka gunakan untuk perbaikan dan perawatan sarana produksi. Selain itu ke depan manajemen OKAS akan lebih fokus pada bisnis pendapatan jasa dibandingkan dengan pendapatan dari penjualan produk.
Dalam laporan keuangan OKAS di kuartal III 2016, pendapatan perusahaan ini tercatat hanya sebesar US$ 79,7 juta. Ini berarti mengalami penurunan sebesar 36,1% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 124,9 juta.
Meski pendapatan masih terbilang melorot, Charles bilang setidaknya sepanjang tahun ini sudah mampu menekan biaya produksi. "Strategi kami adalah melakukan berbagai efisiensi agar bisa menekan biaya produksi," kata Charles.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News