kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Andira Agro (ANDI) optimis kinerja akan membaik di kuartal IV-2019


Selasa, 03 Desember 2019 / 16:23 WIB
Andira Agro (ANDI) optimis kinerja akan membaik di kuartal IV-2019
ILUSTRASI. panen kebun pabrik kelapa sawit PT Andira Agro Tbk ANDI


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sembilan bulan pertama tahun 2019 menjadi periode yang cukup menantang bagi PT Andira Agro Tbk. Menilik laporan keuangan PT Andira Agro Tbk di kuartal III 2019, penjualan  bersih perseroan turun sekitar 7,50% secara tahunan (year-on-year/yoy) Rp 211,94 miliar di sembilan bulan pertama 2019. 

Sebelumnya, perseroan mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 229,13 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan penjualan terjadi baik pada lini penjualan minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) maupun inti sawit atawa kernel.

Baca Juga: BEI membuka suspensi saham Andira Agro (ANDI) pada hari ini

Mengacu ke laporan keuangan perseroan, penjualan CPO turun 6,68% secara yoy dari yang semula Rp 195,99 miliar di kuartal III 2018 menjadi Rp 182,89 miliar atau setara dengan 86,29% dari total penjualan bersih di kuartal III 2019. 

Sementara itu, penjualan kernel mengalami penurunan 12,32% secara yoy dari Rp 33,13 miliar menjadi Rp 29,05 miliar atau setara dengan 13,71% penjualan bersih perseroan di kuartal III tahun ini.

Sebenarnya, turunnya penjualan bersih juga diiringi oleh penurunan beban pokok pendapatan sekitar 5,15% secara yoy menjadi Rp 178,79 miliar di kuartal III 2019. Sebelumnya, beban pokok pendapatan perseroan tercatat sebesar dari Rp 188,52 miliar di kuartal III 2018.

Baca Juga: Volume transaksi saham November 2019 menurun menekan IHSG, simak pemicunya

Namun demikian, penurunan beban pokok penjualan yang lebih rendah dibanding penurunan penjualan penurunan pada sisi laba sudah bisa terlihat pada laba kotor. Pasalnya, laba kotor perseroan tercatat mengalami penurunan sekitar 8,36% secara yoy dari yang semula Rp 40,61 miliar di kuartal III 2018 menjadi Rp 33,15 miliar di kuartal III 2019.

Selain itu, kenaikan beban juga terjadi pada pos-pos beban seperti misalnya beban usaha alias operating expenses serta beban keuangan. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III, beban usaha operating expenses naik 7,32% secara yoy dari yang semula Rp 13,72 miliar di kuartal III 2018 menjadi Rp 14,72 miliar di kuartal III 2019. 

Sementara itu, beban keuangan perseroan naik sekitar 113,20% secara yoy menjadi Rp 209,51 juta sepanjang Januari - September 2019. Sebelumnya, beban keuangan perseroan hanya mencapai Rp 98,26 juta pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Baca Juga: Volume transaksi bursa merosot 47%, makin banyak saham bergerak di luar kebiasaan

Alhasil, emiten yang memiliki kode saham ANDI ini hanya membukukan laba periode berjalan sebesar  Rp 14,78 miliar sepanjang Januari - September 2019. Kalau dihitung-hitung, angka ini lebih rendah sekitar 22,28% dibanding laba periode berjalan tahun lalu yang mencapai Rp 19,02 miliar.

Direktur Utama PT Andira Agro Tbk, Francis Indarto mengatakan turunnya penjualan bersih perseroan disebabkan oleh rendahnya harga CPO di sembilan bulan pertama tahun ini.

Menurut Francis, harga rata-rata penjualan CPO ANDI sepanjang Januari - September 2019 hanya mencapai Rp 5.700 per kilogram. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, harga tersebut memang relatif lebih rendah. Catatan Kontan.co.id (27/06), harga jual rata-rata CPO ANDI di tahun 2018 mencapai Rp 6.170 per kilogram.

Baca Juga: Ada 16 saham yang bergerak di luar kebiasaan sepanjang bulan November

Kendati demikian, Francis mengaku optimis kinerja perseroan bisa lebih baik di kuartal IV hingga tutup tahun nanti. Pasalnya, Francis mencatat harga jual rata-rata CPO di bulan Oktober sudah bergerak lebih baik akibat adanya sentimen program mandatori penggunaan bauran 30% biodiesel dengan solar alias B30, yakni di kisaran Rp 7.500 - Rp 8.000 per kilogram.

“Apakah akan lebih bagus dari 2018, itu kami belum bisa sampaikan, yang pasti kami yakin bahwa secara produksi kami lebih banyak, nah tergantung harganya saja,” ujar Fransic dalam acara paparan publik pada Selasa (3/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×