Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) resmi memasuki usia ke-57 tahun sejak berdiri pada 5 Juli 1968. Memasuki usia lebih dari setengah abad, ANTM terus memperkuat posisinya sebagai pelopor hilirisasi mineral strategis di Indonesia.
Sebagai bagian dari Holding BUMN Pertambangan MIND ID, ANTM sukses menciptakan nilai tambah melalui komoditas utama seperti emas, nikel, dan bauksit, sekaligus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun Rp 7.000 Hari Ini 7 Juli 2025, Jadi Segini
Direktur Utama Antam Achmad Ardianto menegaskan bahwa perusahaan senantiasa mengedepankan dua prinsip utama dalam operasionalnya, yakni value creation dan sustainability.
Ia menuturkan bahwa Antam tak sekadar berperan sebagai perusahaan tambang, melainkan juga sebagai penggerak industri bernilai tambah tinggi.
"Sejak awal berdiri hingga kini, Antam hadir bukan hanya sebagai pengelola mineral, tetapi juga sebagai bagian dari denyut nadi pembangunan. Kami konsisten berkontribusi melalui penerimaan negara, penciptaan lapangan kerja, hingga pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi,” ujar Ardianto dalam keterangan resmi, Senin (7/7).
Bangun Ekosistem Hilirisasi
Sebagai wujud implementasi Asta Cita, ANTM memimpin pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV battery ecosystem), mencakup rantai nilai nikel dari tambang hingga fasilitas daur ulang baterai.
Baca Juga: Antam Gandeng Investor Hong Kong Untuk Bangun HPAL, Konstruksi Mulai Akhir 2025
Di sektor alumina, ANTM tengah menuntaskan pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah melalui anak usahanya.
Di sektor logam mulia, ANTM memperkuat kerja sama dengan PT Freeport Indonesia untuk penyediaan pasokan emas minimal 30 ton per tahun.
Perusahaan juga tengah mempersiapkan pembangunan pabrik logam mulia di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik.
“Melalui hilirisasi emas, nikel, dan bauksit, Antam telah menjadi katalisator penguatan struktur industri nasional serta penciptaan nilai tambah berkelanjutan,” imbuh Ardianto.