Reporter: Nadia Citra Surya |
JAKARTa. Industri perakitan kendaraan (karoseri) bersiap menaikkan harga jual produknya. Ini merupakan antisipasi mereka terhadap kenaikan harga baja yang akan terus terjadi hingga beberapa bulan ke depan.
Industri karoseri memang banyak memakai komponen baja. "Biaya penggunaan bahan baku baja berkisar 60% hingga 70% dari total pengeluaran kami," kata Winston Wiyata, Managing Director perusahaan karoseri PT Delima Jaya kepada KONTAN.
Winston memastikan, kenaikan harga baja di pasar domestik akan memaksa perusahaannya merevisi harga jual produk mereka.
Menurut Winston, Delima Jaya, yang tahun ini mematok target omzet Rp 120 miliar, juga sedang menyiapkan sejumlah siasat untuk mengurangi dampak kenaikan harga baja terhadap keuangan mereka. Salah satunya, Delima Jaya akan segera mematangkan rencana untuk bekerjasama dengan perusahaan perakitan asal China.
Dari kerjasama itu, mereka menargetkan bisa memproduksi bus besar dan bus medium di Indonesia. "Kami akan mix and match komponen apa yang lebih murah dari China," cetus Winston.
Selain itu, kini, Delima Jaya juga mulai menggarap pesanan bangku untuk kapal laut. "Lumayan juga, dari pesanan per kapal yang terdiri dari 200 tempat duduk, pihak karoseri bisa mengantongi pemasukan sekitar Rp 120 juta. Itu cukup membantu di tengah menurunnya permintaan," tandas Winston.
Catatan saja, The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) memperkirakan, setiap bulan, sejak awal 2010, harga baja lokal akan naik Rp 100 sampai Rp 200 per kilogram. Pemicunya adalah kenaikan harga bahan baku baja, yakni bijih besi (iron ore), yang telah mencapai 103% dibandingkan awal 2010.
IISIA juga mengumumkan, harga baja di pasar domestik pada Mei 2010 berada di angka US$ 850 per ton atau telah naik 70% dibanding harga jual pada awal tahun yang sebesar US$ 500 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News