Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional (Obvitnas) oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Itu membuat posisinya strategis sebagai sumber energi yang krusial bagi jaringan Jamali (Jawa-Madura-Bali) dengan kapasitas 2 x 1.000 megawatt (MW) dalam memenuhi kebutuhan listrik Pulau Jawa.
PLTU Batang dibangun melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan pendekatan Build-Operate-Transfer (BOT) selama 25 tahun. Sebagai bagian dari program penyediaan listrik 35.000 MW, PLTU ini merupakan proyek infrastruktur energi strategis terbesar di Indonesia.
PLTU ini menjadi salah satu dari beberapa PLTU terbesar di Indonesia dan memegang peran vital dalam mendukung sistem ketenagalistrikan Pulau Jawa melalui jaringan Jamali Grid. Proyek ini diharapkan mampu menanggulangi kebutuhan listrik Jawa dan sekitarnya yang terus meningkat.
Baca Juga: Transisi Energi Harus Berjalan Secara Adil dan Terarah
PLTU Batang tidak hanya memenuhi aspek operasional, namun juga berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat sekitar melalui program tanggung jawab sosial yang meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, serta infrastruktur.
Selama proses pembangunan, PLTU Batang telah menciptakan ribuan lapangan pekerjaan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi masyarakat setempat. Pekerja lokal dilibatkan dalam berbagai tahap pembangunan, mulai dari konstruksi hingga operasional, yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.
Direktur Utama PT Anugerah Samudra Madanindo (ASM), Faris Muhammad Abdurrahim, mengatakan bahwa pihaknya selaku sub kontraktor akan selalu memastikan kelancaran pembangunan PLTU Batang guna mendukung tujuan negara untuk mencapai pasokan energi yang andal dan berkelanjutan.
Ia bilang, ASM berperan di pekerjaan kritis yang berkontribus pada kelancaran konstruksi pembangkit, termasuk pengerukan dan pembersihan lumpur di jalur pipa bawah laut intake sepanjang 1,6 km dan outfall sepanjang 1.2 km, pengerukan di dermaga sementara, konstruksi bangunan pelindung struktur, penimbunan pipa, pengadaan material pasir dan batu, hingga survei batimetri untuk pemantauan elevasi dasar laut.
Baca Juga: Pelepasan Aset Fosil Makin Marak, Tak Ada Jaminan Emisi Bakal Turun
“Total nilai kontrak ASM di proyek ini mencapai nilai sekitar Rp 600 miliar atau USD 38,4 juta selama periode 2021 hingga 2024,” ungkap Faris dalam keterangannya, Selasa (5/11).
Di tengah upaya untuk memenuhi kesiapan infrastruktur maritim PLTU Batang, Faris mengatakan ASM juga menekankan komitmen tinggi pada keberlanjutan lingkungan.
Perusahaan ini menerapkan praktik-praktik mengurangi dampak lingkungan, termasuk penggunaan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, serta langkah-langkah pengurangan emisi karbon.
Faris menyebut, semua inisiatif itu dirancang untuk mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar PLTU Batang dan berkontribusi pada tujuan energi berkelanjutan Indonesia.
“PLTU Batang menjadi contoh nyata sinergi antara pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat dalam mendukung ketahanan energi dan pembangunan ekonomi daerah.” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News