kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

APDI: Impor daging kerbau beku bukan pilihan tepat


Selasa, 14 November 2017 / 18:10 WIB
APDI: Impor daging kerbau beku bukan pilihan tepat


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog meminta izin kepada Kementerian Perdagangan untuk melanjutkan izin impor daging sapi beku yang masa berlakunya akan habis pada Desember 2017. Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia ( APDI) Asnawi berpendapat, Perum Bulog kembali mengajukan impor daging kerbau lantaran kondisi pasokan daging yang menurun drastis.

"Penurunan tersebut tak hanya karena faktor regulasi atas kebijakan impor daging tetapi juga karena ada kelesuan di sektor perdagingan. Memang tak hanya sektor daging, hampir semua sektor mengalami kelesuan," Kata Asnawi kepada Kontan.co.id, Senin (13/11).

Meski begitu, Asnawi tidak setuju dilakukannya impor daging kerbau beku. Menurutnya, konsumen khususnya di pasar tradisional masih lebih menyukai daging sapi segar dibandingkan daging kerbau beku.

Akibatnya, banyak pedagang yang melakukan thawing, dan mencampurkan daging kerbau beku dengan daging sapi dan menjualnya dengan harga tinggi. "Bulog mengklaim mampu melakukan stabilisasi harga dan memberikan ketersediaan pasokan. Kalau Bulog mengkalim seperti itu, standarisasi acuannya apa," kata Asnawi.

Menurut Asnawi, daging kerbau beku tersebut awalnya diperuntukkan bagi industri untuk bisa bersaing dengan negara lain karena dibukanya perdagangan bebas sejak 2015. Dia bilang, banyak industri di Indonesia yang tidak bisa bersaing dengan negara lain karena harga daging sapi yang terlalu tinggi.

Sementara, saat ini daging-daging beku tersebut justru masuk ke pasar-pasar tradisional, dan tidak hanya beredar di Jakarta namun juga daerah-daerah kecil.

Asnawi juga menilai stabilisasi harga tidak berhasil dilakukan di pasar tradisional karena harga daging sapi hingga sekarang masih berkisar Rp 115.000-Rp 120.000 per kg, sementara harga daging kerbau beku yang dipatok pemerintah sebesar Rp 80.000 per kg.

Asnawi juga mengatakan, impor daging kerbau beku ini kurang tepat. Bila pemerintah menginginkan kestabilan harga, seharusnya pemerintah mengimpor sapi bakalan dalam kuota yang besar sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi dan harga bisa ditekan.

Dia juga menyarankan supaya pemerintah mengajak pengusaha turut bekerja sama saat hari-hari kebesaran agama, di mana pada waktu itulah permintaan daging melonjak tinggi.

"Pemerintah bisa mengajak pengusaha berpartisipasi di sektor hulu, di mana mereka diajak untuk tidak mengambil keuntungan yang sangat besar sehingga harga tidak melonjak tinggi," jelas Asnawi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×