Reporter: Leni Wandira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri keramik Indonesia menghadapi tantangan serius dengan penurunan signifikan dalam tingkat utilisasi yang kini mencapai 62%. Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Eddy Suyanto, mengungkapkan bahwa penurunan ini berdampak langsung pada operasional dan menyebabkan PHK di sektor tersebut.
Menurut Suyanto, utilisasi industri keramik menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2023 tingkat utilisasi berada di angka 69%, dan pada 2022 di angka 78%. "Kami mengalami penurunan yang cukup tajam, dan saat ini hanya mampu beroperasi di level 62%," kata Eddy saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Minggu (8/9).
Selain penurunan utilisasi, sektor keramik juga menghadapi defisit transaksi ekspor-impor yang mencapai $1,24 miliar dalam lima tahun terakhir. Meski industri keramik nasional memiliki kapasitas produksi sebesar 625 juta m² per tahun, defisit ini menunjukkan ketergantungan pada impor yang terus meningkat, terutama dari Tiongkok, yang pada semester pertama 2024 naik 11,6% menjadi 34,9 juta m².
Baca Juga: Utilisasi Industri Petrokimia Turun Hingga 50%, Inaplas Bilang Sektor Diambang PHK
Eddy bilang, sebanyak enam perusahaan keramik terpaksa menghentikan operasional mereka dalam beberapa tahun terakhir akibat penurunan permintaan dan kesulitan finansial, yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengangguran di sektor ini.
"Terdapat lebih dari enam perusahaan dalam waktu beberapa tahun terakhir yang terpaksa menghentikan seluruh kegiatan operasionalnya sehingga menyebabkan terjadinya perumahan dan PHK tenaga kerja," imbuhnya.
Untuk mengatasi situasi ini, Eddy menekankan perlunya tindakan pemerintah, terutama dalam hal kebijakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan kebijakan proteksi lainnya.
Baca Juga: Data Jumlah Korban PHK, Menko PMK Siap Upayakan Bantuan Sosial
"Kami sangat berharap pemerintah segera mengeluarkan kebijakan BMAD yang optimal untuk mengurangi dampak impor yang masif dan tidak sehat," tambahnya. ASAKI juga mengusulkan agar kebijakan BMAD ditetapkan di kisaran 70%-80% dan pemindahan pintu masuk pelabuhan ke luar Jawa untuk produk keramik.
Meskipun menghadapi tantangan berat, ASAKI tetap optimistis. Ia berharap dengan implementasi kebijakan yang tepat, utilisasi industri keramik nasional dapat meningkat menjadi 65%-67% pada tahun 2024, dengan target mencapai 80% pada 2025 dan di atas 90% pada 2026.
"Jika pemerintah dapat mendukung industri dengan kebijakan yang proaktif, kami yakin sektor keramik bisa pulih dan berkembang lebih baik di masa depan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News