Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI) resmi dibentuk. Asosiasi ini hadir sebagai wadah kolaborasi bagi para pelaku industri konstruksi bawah tanah di tengah meningkatnya proyek infrastruktur.
Adapun proyek infrastruktur yang melibatkan kontruksi bawah tanah diantaranya MRT Jakarta dan Kereta Cepat Jakarta–Bandung. Lalu ada juga rencana pembangunan immersed tunnel menuju Ibu Kota Nusantara (IKN).
Ketua MTKBTI, Weni Maulina, mengatakan pembentukan asosiasi ini bertujuan memperkuat sinergi antarprofesional sekaligus menjembatani komunikasi dengan regulator. “MTKBTI diharapkan menjadi forum bersama untuk berdiskusi, mencari solusi, dan berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti PUPR, Perhubungan, maupun ESDM,” ujar Weni dalam keterangannya, Minggu (2/11/25).
Sejak diluncurkan, MTKBTI telah menerima sekitar 130 pendaftaran anggota individual dan menargetkan 15 anggota korporasi hingga akhir tahun. Ke depan, asosiasi ini akan memperluas keanggotaan serta mengembangkan program pelatihan dan sertifikasi guna meningkatkan kompetensi insinyur dan praktisi konstruksi bawah tanah.
Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) Jual Bisnis Maritim Rp 20 Miliar, Fokus ke Konstruksi Inti
Weni menyoroti tantangan yang dihadapi sektor ini, mulai dari kompleksitas kondisi geologi hingga kebutuhan transfer teknologi. Karena itu, MTKBTI membuka peluang kolaborasi dengan insinyur mancanegara untuk mempercepat alih pengetahuan dan penguasaan teknologi.
Sementara itu, Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Boby Ali Azhari mengatakan, proyek terowongan bawah tanah di Indonesia masih menghadapi tantangan, mulai dari aspek teknis hingga keterbatasan sumber daya manusia (SDM) berkompetensi tinggi.
Menurut Boby, pembangunan infrastruktur bawah tanah membutuhkan keahlian sangat spesifik yang berbeda dari bidang teknik sipil umum. Karena itu, peningkatan kompetensi dan sertifikasi tenaga ahli menjadi prioritas pemerintah.
“Kami membutuhkan insinyur dan tenaga ahli dengan spesialisasi tinggi. Pemerintah telah menyiapkan program beasiswa magister di bidang struktur geologi dan terowongan untuk membangun generasi baru profesional terowongan,” ujar Boby.
Hingga Oktober 2025, sebanyak 30 profesional telah tersertifikasi sebagai Ahli Madya Perencanaan Terowongan Jalan, dan 24 lainnya sebagai Insinyur Muda. Selain itu, tercatat 34 perusahaan telah mengantongi Sertifikat Badan Usaha (SBU) untuk klasifikasi Konstruksi Terowongan (KIKI 104). Bobby bilang, sertifikasi ini menjadi bukti kesiapan tenaga kerja nasional menghadapi proyek-proyek berteknologi tinggi.
Baca Juga: Bidik Pasar Konstruksi RI, IIDA Grup Hadirkan Teknologi Tahan Gempa
Pada kesempatan yang sama, Arnold Dix, Past President The International Tunnelling and Underground Space Association (ITA-AITES) 2022–2025, menilai pembangunan infrastruktur bawah tanah akan menjadi tonggak penting bagi masa depan kota-kota besar di Indonesia.
Namun, ia menekankan bahwa pada tahap awal, masyarakat kerap belum bisa melihat manfaat langsung dari proyek semacam ini. “Ketika kota terganggu dan banyak uang dikeluarkan, masyarakat belum membayangkan masa depan yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Arnold mencontohkan, kota-kota besar seperti London, New York, Beijing, dan Bangkok juga pernah menghadapi masa sulit serupa sebelum akhirnya menikmati sistem kota modern yang efisien dan aman.
Ia menilai, Indonesia memiliki peluang besar untuk berinovasi, terutama dalam mengatasi banjir dan kemacetan di Jakarta melalui sistem transportasi dan drainase bawah tanah. “Bangkok dulu punya masalah yang sama, tapi kini kota tetap berjalan normal saat hujan karena sistem bawah tanah mereka bekerja baik,” jelasnya.
Selanjutnya: BSI Telah Salurkan Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 73,6 Triliun pada September 2025
Menarik Dibaca: Siaga Hujan Sangat Lebat, Ini Peringatan Dini Cuaca Besok (3/11) di Jabodetabek
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













