kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi Petani Komoditas Sayangkan Kampanye Negatif Lembaga Asing


Minggu, 27 November 2022 / 07:59 WIB
 Asosiasi Petani Komoditas Sayangkan Kampanye Negatif Lembaga Asing
ILUSTRASI. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyayangkan adanya gerakan kampanye negatif dan intervensi lembaga-lembaga asing


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyayangkan adanya gerakan kampanye negatif dan intervensi lembaga-lembaga asing terhadap komoditas tersebut sehingga membuat petani sawit tertekan.

Padahal asosiasi ini melihat pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa dilepaskan dari sejumlah komoditas strategis, dengan petani sebagai garda terdepan pertumbuhan.

Ketua DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung bilang meski tak secara langsung, aksi kampanye negatif terhadap komoditas sawit turut memengaruhi serapan panen para petani.

"Kampanye negatif terhadap sawit yang dilakukan mengakibatkan citra minyak kelapa sawit mentah/crude palm oil (CPO) negatif di mata dunia. Itu kan bisa bikin negara lain membatalkan pesanan, dan akhirnya penyerapan pabrik dari petani juga pasti akan berkurang," kata Gulat dalam keterangan resminya, Sabtu (26/11).

Baca Juga: Sudah 78% Anggota Gapki Mengantongi Sertifikasi ISPO

Gulat menambahkan, sejatinya aksi kampanye negatif ini memiliki motif perdagangan internasional. Menurutnya, terdapat pihak yang ingin merebut pasar minyak sawit Indonesia mengingat Indonesia menguasai 52% pasar minyak sawit dunia

Tekanan terhadap industri sawit, pasti akan berdampak pada kesejahteraan petani, sebab di Indonesia mayoritas perkebunan sawit dimiliki oleh petani swadaya.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Pertanian, jumlah petani sawit di Indonesia mencapai 2,74 juta kepala keluarga. Sementara kontribusi industri ini mencapai 13,50% terhadap kinerja ekspor nonmigas. Adapun tahun 2021 Indonesia berhasil mengekspor 34,2 juta ton sawit.

“Serapan dari industri selama 3 bulan terakhir sudah bagus karena ekspor sudah kembali normal. Artinya stok dalam negeri dengan serapan untuk ekspor sudah berada pada titik normal. Akibatnya tentu serapan TBS petani bagus,” ujar Gulat

Serupa dengan dengan petani sawit, petani tembakau juga kerap dihantui oleh kampanye negatif. Padahal sektor ini juga tak kalah besar kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Indonesia merupakan produsen tembakau terbesar keempat di dunia.

Tembakau juga menyumbang pendapatan yang tinggi berupa cukai hasil tembakau yang pada tahun lalu tercatat senilai Rp 188,81 triliun. Angka ini menjadikan CHT menyumbang sebesar 96,52% terhadap total penerimaan cukai.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPN APTI), Agus Parmuji mengatakan kampanye negatif soal tembakau akan mempengaruhi kebijakan pemerintah sehingga menjadi tidak adil bagi petani. Tujuan kampanye negatif mereka adalah agar pemerintah membuat kebijakan yang berpotensi mematikan pertanian tembakau.

Ia  mencontohkan kebijakan di sektor pertanian tembakau turut didorong oleh sejumlah pihak mengatasnamakan kesehatan yang disokong oleh lembaga asing. Seperti halnya kebijakan kenaikan cukai tinggi yang justru mengancam serapan tembakau petani dan menyebabkan maraknya rokok ilegal.

Upaya kampanye negatif ditambah intervensi kebijakan sejatinya tak hanya menekan para petani, melainkan juga turut mengeliminasi kedaulatan negara. Apalagi jika aksi-aksi tersebut justru dilatarbelakangi oleh motif-motif ekonomi. Persaingan ekonomi harapannya harus dilakukan dengan adil dan proporsional.

Baca Juga: Gapki: Sertifikasi ISPO Sangat Diperlukan Industri Sawit Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×