Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) berpendapat agar persentase batubara di dalam bauran energi atau energy mix nasional ke depan tidak terlalu dikurangi.
Wakil Ketua Umum DPP Aspebindo Fathul Nugroho mengatakan batubara sampai saat ini masih menjadi sumber energi primer paling terjangkau di Indonesia.
"Karena batubara adalah sumber energi primer yang murah yang dimiliki Indonesia, sehingga menjadi keunggulan kompetitif dalam penyediaan listrik murah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Fathul saat dihubungi Kontan, Rabu (5/2).
Baca Juga: Kontribusi Batubara Semakin Menciut
Menurut dia, target Indonesia yang ingin mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi sekitar 8% per tahun, salah satunya dapat didukung dengan penyediaan listrik dengan harga murah.
"Namun, catatannya ke depan harus diterapkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara yang bersih dan ramah lingkungan, di antaranya dengan teknologi carbon capture and storage," tambahnya.
Adapun, terkait target pemerintah untuk memangkas sumbangsih batubara pada Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (KEN), Fathul bilang hal tersebut adalah target yang ambisius.
"Mengenai target KEN atas persentase batubara di dalam bauran energi primer pembangkit listrik sebesar 40,7-41,6% pada tahun 2030 menurut kami itu adalah target yang cukup ambisius," kata dia.
Fathul menambahkan, pada tahun 2025 berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) persentase penggunaan batubara masih sekitar 63%, dan Energi Baru Terbarukan (EBT) sekitar 15%.
"Menurut hemat kami, target 55-60% pada tahun 2030 adalah target yang realistis," tambahnya.
Asal tahu saja, dalam RPP KEN yang baru, terdapat target untuk mengurangi peran batubara dalam bauran energi. Target ini dibidik mulai tahun 2030, terus berkurang hingga tahun 2060.
Baca Juga: Selain Batubara, RPP KEN Sisakan Peran Minyak Bumi Hanya 3,9% di 2060
Berikut adalah persentase bauran batubara dalam RPP KEN terbaru yang dibagi per 10 tahun, terhitung mulai 2030:
1. Tahun 2030: peran energi batubara adalah sebesar 40,7% atau yang tertinggi hingga 41,6%.
2. Tahun 2040: peran energi batubara adalah sebesar 28,9% atau yang tertinggi hingga 31%.
3. Tahun 2050: peran energi batubara adalah sebesar 19,1% atau yang tertinggi hingga 20,9%.
4. Tahun 2060: peran energi batubara adalah sebesar 7,8% atau yang tertinggi hingga 11,8%.
Lebih lanjut, Fathul berharap penggunaan batubara untuk energi primer tetap digunakan sebagai energi murah untuk pembangkit, agar industri batubara dapat tetap hidup.
"Namun, para pelaku usaha industri batubara memang tetap harus membuat roadmap untuk transisi ke energi bersih dalam menjaga kelangsungan usaha," katanya.
Selain menggenjot industri batu bara bersih, potensi pelaku usaha untuk lebih fokus kepada target ekspor juga dianggap semakin meningkat.
"Dengan adanya rencana mengurangi porsi batubara di dalam negeri, ekspor memang menjadi pilihan. Negara-negara ASEAN dan juga Asia Selatan masih membutuhkan batubara sebagai energi murah karena keterbatasan sumber energi baru dan terbarukan," tutupnya.
Selanjutnya: Kanwil Ditjen Pajak se-Jakarta Raya Teken Kesepakatan Lelang Eksekusi Pajak Serentak
Menarik Dibaca: Promo Hypermart Dua Mingguan sampai 12 Februari 2025, Tropicana Diskon Rp 12.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News