Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Tiga bulan menjelang akhir tahun 2016, penyerapan gabah dan beras Perum Bulog masih jauh dari sebesar target 3,2 juta ton. Sampai pekan pertama Oktober 2016, total penyerapan Bulog baru 2,6 juta ton setara beras.
Itu artinya, Bulog masih perlu berjuang keras untuk bisa menyerap 600.000 ton setara beras lagi sampai akhir tahun ini. Padahal, saat ini sudah memasuki musim gadu di mana panen sudah berkurang drastis.
Direktur Pengadaan Bulog Wahyu mengatakan, hingga saat ini, Bulog masih dapat menyerap gabah dan beras dari petani sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Karena itu, penyerapan beras Bulog rata-rata 10.000 ton per hari di seluruh Indonesia. Sementara, penyerapan pada musim panen raya mencapai 25.000 - 30.000 ton per hari.
"Produksi beras tahun ini memang lebih baik dari periode sama tahun lalu," ujar Wahyu kepada KONTAN, Kamis (13/10).
Sementara itu, stok beras di gudang Bulog masih sekitar 2 juta ton. Stok tersebut akan terus berkurang rata-rata 250.000 ton per bulan untuk kebutuhan beras miskin (raskin) dan untuk operasi pasar (OP) bila harga beras bergejolak.
Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, jika penyerapan Bulog masih tinggi di awal Oktober ini, berarti Bulog bisa mengejar target 3,2 juta ton atau lebih. Tapi, ia mewanti-wanti BUMN pangan ini akan kesulitan melakukan penyerapan lagi karena saat ini rata-rata harga beras dan gabah di tingkat petani sudah di atas HPP.
Hal itu berkaca dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat ada kenaikan harga gabah pada bulan September sebesar 1,29% menjadi Rp 4.537 per kg.
Menurut Winarno untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sampai akhir tahun akan terpenuhi. Namun, kalaupun ada impor beras, itu bisa digunakan sebagai stok dan buat jaga-jaga kelau terjadi gagal panen atau bencana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News