Reporter: Veri N Tragistina, Yudo W | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kenaikan harga mobil tahun ini bakal tak terelakkan. Bahkan, kemungkinan besar harga mobil naik dalam waktu dekat. Pemicu kenaikan itu lantaran kenaikan harga bahan baku, seperti baja, plastik, dan aluminium.
Harga ketiga bahan baku tersebut meningkat rata-rata 10% sejak akhir tahun lalu. Tren kenaikan harga masih berlanjut hingga sekarang. Harga baja, misalnya, diperkirakan mengalami kenaikan hingga 16% sepanjang semester I-2011 ini.
Melonjaknya harga bahan baku ini dipastikan bakal mengerek naik harga jual mobil. "Kemungkinan kenaikan harga jual mobil tidak lebih dari 10%," kata Jonfis Fandy, Marketing and After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor, Senin (17/1).
Di tengah lonjakan harga bahan baku, menurut Jonfis, tidak mungkin produsen bertahan dengan harga jual sekarang. Dia menambahkan, sekalipun harga jadi naik, tapi kenaikan itu tetap menyesuaikan daya beli konsumen.
Itu sebabnya, produsen tidak akan menaikkan harga jual terlalu tinggi. Selain itu, mereka juga masih mencari waktu yang tepat untuk menaikkan harga. Jonfis menyatakan, kemungkinan produsen mobil akan menaikkan harga secara serempak. "Tapi belum bisa dipastikan kapan, pokoknya tunggu saja," ujarnya.
Melonjaknya harga baja, diakui Irvan Kamal Hakim, Co-Chairman Flat Product Asosiasi Besi Baja Nasional (IISIA). Melambungnya harga baja dipicu kenaikan harga bijih besi (iron ore) yang meroket tajam.
Selama Januari ini harganya naik hingga 7%. Pada bulan Desember 2010, harga bijih besi itu masih US$ 174 per ton. Kini harganya US$ 186 per ton. Dengan harga segitu, pasti menyebabkan harga baja dan turunannya ikut melonjak tajam.
Harga baja pelat hitam (HR) yang biasa dipakai sebagai bahan pembuatan bodi mobil, misalnya. Saat ini, harga HR di pasar domestik mencapai Rp 8.500 per kilogram (kg). Naik dibanding tahun lalu yang masih Rp 7.700 per kg.
Irvan memperkirakan, harga HR masih akan terus meroket. Ia memprediksi, hingga akhir semester I ini, harga HR akan mencapai Rp 10.500 per kg, atau naik 23,52% dari harga sekarang yang sebesar Rp 8.500 per kg.
Selain dipicu kenaikan harga bijih besi, kenaikan harga baja juga dipicu peningkatan kebutuhan baja di dalam negeri. Sepanjang tahun 2010, permintaan HR di pasar domestik mencapai 275.000 ton. Jumlah ini naik 20% dibanding tahun 2009 yang sebesar 236.000 ton. "Sementara pasokan baja dari China cenderung menurun sejak awal 2011 ini," kata Irvan.
Di sisi lain, permintaan baja otomotif diprediksi terus naik tahun ini. Sebab, mengacu kepada target para produsen dan agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil di dalam negeri, produksi mobil tahun ini bakal mencapai 700.000 unit. Jumlah ini naik dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yang hanya 560.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News