kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Baja Konstruksi Impor Banjiri Pasar, Industri Lokal Tertekan


Jumat, 25 Juli 2025 / 13:28 WIB
Baja Konstruksi Impor Banjiri Pasar, Industri Lokal Tertekan
ILUSTRASI. Ketua Umum Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) Budi Harta Winata menyuarakan kekhawatiran atas melonjaknya impor baja konstruksi yang dinilai mengancam keberlangsungan industri dalam negeri


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) Budi Harta Winata menyuarakan kekhawatiran atas melonjaknya impor baja konstruksi yang dinilai mengancam keberlangsungan industri dalam negeri.

Ia menyoroti peredaran baja dari negara seperti Vietnam dan China yang masuk dengan harga sangat kompetitif, namun belum tentu memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Peningkatan baja impor, baik yang legal maupun tidak jelas asal-usul dan standarnya, harus menjadi perhatian serius,” kata Budi dalam FGD Setop Impor Konstruksi Baja di Hotel JS Luwansa dalam keterangannya, Kamis (24/7/2025).

Baca Juga: Kolaborasi Tata Metal dan Krakatau Steel (KRAS) Ekspor Baja Lapis ke AS

Menurut Budi, persaingan harga yang tidak sehat ini menekan produsen lokal, apalagi banyak produk masuk dalam bentuk struktur utuh seperti prefabricated engineered building (PEB) atau komponen terpisah tanpa dokumen legal dan jaminan mutu.

Ia menegaskan, kondisi ini tak hanya merugikan pelaku industri, tetapi juga berpotensi membahayakan keselamatan konstruksi.

“Sekarang kita sedang krisis pekerjaan. Banyak produk baja konstruksi masuk begitu saja. Sebenarnya, PEB dan baja dari Vietnam atau China itu legal atau ilegal? Ini harus dijelaskan secara transparan,” ujarnya.

ISSC juga menilai lemahnya pengawasan terhadap produk impor memperburuk situasi. Tak semua baja yang masuk telah melalui proses sertifikasi mutu atau memenuhi persyaratan teknis yang diatur dalam regulasi nasional.

“Kami tidak anti-impor. Tapi persaingan harus adil dan tunduk pada standar yang sama,” tegas Budi.

Baca Juga: Menperin Targetkan RI Masuk 10 Besar Produsen Crude Steel di Dunia

ISSC mendesak pemerintah segera mengevaluasi kebijakan impor baja dan memperkuat sistem sertifikasi serta pengawasan di lapangan. Langkah ini dianggap penting demi menjaga keberlangsungan industri baja nasional di tengah masifnya pembangunan infrastruktur.

“Jangan sampai kita hanya jadi pasar bagi produk negara lain, sementara pabrik-pabrik lokal tutup satu per satu,” tandasnya.

ISSC menyatakan siap mendukung kebijakan pemerintah yang berpihak pada industri lokal. Budi menekankan perlunya kolaborasi erat antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha untuk memperkuat fondasi industri baja nasional.

“Ini bukan semata soal bisnis, tapi soal kedaulatan industri dan masa depan anak bangsa,” pungkasnya.

Selanjutnya: Ini Akar Konflik Thailand dan Kamboja, Sengketa Perbatasan Sejak Era Kolonial

Menarik Dibaca: Secret Garden Buka Gerai Experience Store di Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×