Reporter: Mia Winarti Syaidah, Maria Rosita | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Bisnis perhotelan di Bandung makin prospektif. Permintaannya bukan hanya untuk hotel murah atau berbintang rendah, tetapi juga hotel mewah. Begitulah keyakinan, PT Metropolitan Golden Management (MGM) yang akan membangun hotel bintang lima di kota tersebut.
Hotel bernama Grand Horison Pasteur Bandung tersebut ditargetkan beroperasi tahun 2013. Lokasinya di Jalan Baros. MGM akan membangun hotel tersebut dengan konsep kondotel setinggi 15 lantai yang terdiri dari 395 kamar dan 15 unit apartemen pada lantai paling atas.
Di hotel tersebut akan ada ruang pertemuan seluas 6.500 m², berkapasitas 4.000-4.500 orang. Hotel tersebut juga didukung fasilitas water park seluas 1 hektare, area belanja, pusat fitnes dan spa, taman bermain anak, serta rute jogging. "Fasilitas itu untuk mendukung hotel sebagai sarana MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition)," kata Nandya Widya, Direktur Utama MGM, Senin (13/6).
Bila rencana ini sukses, Grand Horison Pasteur itu akan menjadi hotel bintang lima kedua milik MGM, setelah Horison Palembang. Selama ini, anak usaha PT Metropolitan Tbk ini mengelola banyak hotel, seperti Horison Bekasi, Horison Bandung, Horison Semarang, Horison Makasar, Horison Kendari, Plaza Inn Kendari, dan Aziza Pekanbaru.
Di tahun ini, MGM mengoperasikan lagi sejumlah hotel baru, antara lain Hotel Banjarmasin, Horison Samarinda, Horison Purwokerto, Horison Bogor, Horison Brastagi, Hom Solo, Red Dot Bangka, dan Aziza Palembang.
Prospek bisnis perhotelan di Indonesia cerah karena jumlah wisatawan terus naik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah wisatawan asing di Indonesia per Januari-April 2011 mencapai 2,32 juta orang, naik 7,2% dibanding periode sama 2010. Tingkat penghuni kamar (TPK) hotel berbintang di 20 provinsi rata-rata 52,1%, tumbuh 2,41 poin dalam setahun terakhir.
Toh, menurut Carla Parengkuan, Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), walaupun prospek bisnis perhotelan di Indonesia masih bagus, namun bukan di bisnis hotel bintang lima. "Hotel bintang lima masih terlalu mahal, kurang diminati," terang Carla.
Prospek yang paling bagus, kata Carla adalah hotel bintang dua hingga empat. Ini menyesuaikan dengan kemampuan keuangan konsumen dan perusahaan di Indonesia.
BPS mencatat, hotel bintang dua menduduki TPK paling tinggi, yakni mencapai 56,36% per April 2011. Sementara yang paling rendah adalah bintang satu 41,89%. "Kalau diurutkan, prospek paling bagus adalah hotel bintang tiga, empat, dan dua," jelas Carla. Ia menambahkan, hotel-hotel itu dipenuhi pengunjung saat musim liburan.
Bisnis hotel bintang dua hingga empat juga menguntungkan. Sebab, investasinya jauh lebih kecil dibandingkan bintang lima. Tidak mengherankan, PHRI mencatat, perkembangan hotel bintang dua hingga empat di sejumlah daerah cukup banyak. "Terutama di Sumatra Utara, Bali, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur," papar Carla.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News