Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Bangun Gas Persada (BGP) berencana membangun Terminal Penerima LNG di Cilacap, Jawa Tengah berkapasitas 80.000-260.000 metrik ton plus pembangunan pipa sepanjang 110 kilometer (km) dengan investasi sebesar US$ 370 juta. Adapun pembangunan pipa transmisi itu juga akan mendukung program city gas yang sedang dijalankan pemerintah di Pulau Jawa.
Dalam mewujudkan proyek besar itu, BGP tengah menanti perizinan dari Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Cilacap Jawa Tengah guna memperoleh restu melakukan reklamasi seluas 12 hektare (ha). Pasalnya, proyek yang awalnya direncanakan menggunakan Floating LNG, kini diubah menjadi Onshore Terminal.
Rosadi Darwis Presiden Direktur PT Bangun Gas Persada menceritakan, proyek ini sebenarnya sudah berjalan sejak dua tahun lalu dengan lokasi yang terus berubah. Pertama, proyek Terminal Penerima LNG ini awalnya bakal dibangun di Medan, namun demikian rupanya PT Pertamina pada 2017 lalu membangun Terminal Regasifikasi Arun, akhirnya perusahaan harus memindahkan proyek ke Banten karena terlalu dekat dengan proyek Pertamina. "Kami pindahkan ke Banten," ujar dia kepada KONTAN, Jumat (20/1) di kantornya.
Saat di Banten, perusahaan sudah membuat desain proyek di Pulau Panjang, bahkan sudah memberikan konsep proyek ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Pulau Panjang yang akan menjadi basis Terminal Penerima LNG menggunakan Floating LNG. Namun lagi-lagi, ada perusahaan yang mengadopsi proyek Bangun Gas Persada tersebut. "Kami akhirnya pindah ke Cilacap," imbuh dia.
Tidak berhenti di sana, proyek yang sudah mendapat restu dari berbagai pihak misalnya dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bupati Cilacap soal surat kepemintan investasi, Kementerian ESDM soal izin usaha sementara penyimpanan LNG, serta dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan untuk meminjam lahan seluas 3,5 ha yang dikelola oleh TNI AD Kodam Diponogoro. Ternyata, di tengah jalan PT Pertamina meminta lahan 3,5 hektare (ha) untuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap.
"Akhirnya kami serahkan lahan itu ke Pertamina dengan menyampaikan surat ke DJKN bahwa kami tidak akan memakainya dan diserahkan ke Pertamina. Kami juga sudah sampaikan ke Kodam bahwa Pertamina yang akan memakai lahan itu," imbuh dia.
Tak patah arang, Bangun Gas Persada, kata Rosadi tengah meminta izin kepada Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Cilacap untuk melakukan reklamasi seluas 40 hektare dekat dengan lahan yang diserahkan ke Pertamina. "Tetapi dalam prosesnya hanya diizinkan 12 hektare saja. Katanya takut mengganggu sinyal kalau sampai 40 ha. Saya sudah bertemu dengan KSOP Cilacap, responnya positif," imbuh dia.
Dengan hanya diizinkan 12 hektare, maka perusahaan tidak akan membangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). Alhasil, perusahaan hanya akan membangun Terminal Penerima LNG saja lantaran lahan yang diperlukan tidak cukup. "Investasi terminal dan pipa gas sebesar US$ 370 juta, ada investor asing dan lokal yang siap," ungkap Rosadi.
Dia mengatakan, untuk pasokan gas pihaknya juga bisa mendapat dari BP Tangguh, maupun dari Australia yang jaraknya dekat dengan Cilacap. Saat ini banyak LNG yang dijual di spot sehingga sangat mudah mendapatkan LNG. "Singapura sekarang membuka basis penjualan spot LNG, latar belakangnya penjualan spot LNG meningkat," ujarnya. Maklum, saat ini banyak negara yang tidak lagi menjual LNG melalui skema kontrak jangka panjang hingga 30 tahun.
Dia juga mengatakan, jika proyek Terminal Penerima LNG di Cilacap sudah sukses, perusahaan akan membangun basis penjualan spot di Lampung. "Harusnya kita jangan kalah dengan Singapura. Kita akan saingi mereka," ujar dia.
Konsep Bisnis Bersama
Sementara itu, Rosadi menerangkan, proyek ini akan menjadi percontohan dalam pengelolaan proyek gas di hilir, sebabnya Bangun Gas Persada akan membuka seluas-luasnya para investor untuk memiliki saham di proyek infrastruktur itu.
Alhasil, semua perusahaan trader gas nantinya bisa memanfaatkan Terminal Penerima LNG itu untuk menjual gas ke konsumennya. "Sudah ada investor dari Malaysia dan Inggris yang ingin membiayai proyek ini. Tetapi saya bilang nanti dulu, kalau sudah beres semua akan kami buka untuk investor." ujar dia.
Dia menerangkan, Indonesia saat ini memang menjadi incaran para investor asing. Mereka berbondong-bondong untuk menanamkan modalnya di sini. Namun demikian, proses untuk membuat proyek di suatu daerah tidak mudah dan membutuhkan waktu untuk merealisasikannya.
Meski akan membuka dengan investor asing, Rosadi mengatakan, pihaknya juga ingin menggandeng beberapa investor lokal semacam pengelola dana pensiun. "Nanti konsep Terminal Penerima LNG dimiliki bersama, termasuk pipanya. Setelah itu, kami akan bentuk anak usaha baru khusus menjual gas. Jadi tidak boleh dicampur antara pemilik infrastruktur gas dengan penjual gas," imbuh dia.
Proyek PT Bangun Gas Persada untuk Terminal Penerima LNG Cilacap:
1. Fasilitas unloading: 80.000-260.000 metrik ton LNG
2. Back loading: 1.500-30.000 metrik ton LNG
3. Storage: 2x160.000 metrik ton
4. Regasifikasi: 600 mmscfd
5. Truk Loading: 12 bay, 180 truk per hari.
6. Pipa gas: 110 km dengan kapasitas 300-1.000 mmscfd menuju Wangon, Ajibarang, Buumiayu, Prupuk, Bulakamba. Lalu dibangun lagi ke Bulakamba ke Babakan, Cirebon, dan Cilegon. Selain itu juga dibangun pipa dari Bulakamba ke Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, dan Gresik.
7. Small Cale Tangker juga disiapkan untuk menuju Lampung, Padang, Bengkulu, Bali, Lombok, dan Sumbawa.
8. Truk disiapkan menuju Yogyakarta, Solo, Purwokerto, Boyolali, Purbalingga, Banjarnegara, Bandung, Garut, Tasikmalaya, dll.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News