Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk sudah merancang rencana kerja tahun depan. Pengembang properti ini bakal membangun proyek mixed-use di kawasan yang menjadi bagian dari segitiga emas Jakarta, yakni Mega Kuningan.
Jakarta Setiabudi memiliki lahan seluas 3 hektare (ha) di Mega Kuningan. Namun hanya 180.000 meter persegi (m²) yang bakal digunakan untuk membangun proyek tersebut. Pada tahap awal, Jakarta Setiabudi akan membangun gedung perkantoran di atas lahan 120.000 m². Lalu dua hotel bintang lima dan pusat perbelanjaan di lahan 20.000 m².
Perusahaan ini berkode JSPT di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini bakal menjadwalkan penanaman tiang pancang awal tahun depan. Dengan demikian, proyek tersebut diharapkan bisa rampung dalam tiga tahun ke depan. "Investasi tahap pertama Rp 3 triliun," ujar Direktur Jakarta Setiabudi Internasional Margiman kepada KONTAN, Selasa (9/9).
Rencananya proyek yang akan didanai utang bank ini akan disewakan semua alias tidak ada yang dijual. Alasannya, perusahaan itu tak ingin melepas aset yang diyakini nilainya akan melambung di masa yang akan datang.
Sambil bersiap menyambut proyek anyar tahun depan, Jakarta Setiabudi Internasional bakal mengisi sisa waktu di tahun ini dengan melanjutkan pengembangan real estate di tiga lokasi. Dua diantaranya ada di Jakarta, yakni Setiabudi SkyGarden dan Puri Botanical Residence. Satu lagi berlokasi di Yogyakarta yakni Hyarta Residences.
Perusahaan itu mengklaim tingkat penjualan dari unit real estate yang sudah beroperasi dari tiga proyek itu adalah 70%-75%. Nah, demi mengerek tingkat penjualan unit menjadi 100%, perusahaan itu menganggarkan belanja modal Rp 200 miliar. "Kami ingin agar okupansi ketiganya bisa mencapai 100% di tahun depan jadi kami terus menganggarkan dana untuk mengembangkan proyek itu," beber Margiman.
Sayangnya di tengah semangat mengembangkan hunian catatan pendapatan Jakarta Setiabudi dari penjualan real estate pada semester I-2014 turun 23,67%. Dus, pendapatan dari penjualan proyek itu cuma Rp 21,35 miliar.
Manajemen JSPT menuding penyebab melorotnya penjualan properti lantaran kebijakan pengetatan loan to value (LTV) dan hajatan politik. "Saya kira penjualan real estate tahun ini memang menurun tapi tidak banyak, di bawah 10%," ujar Margiman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News