Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)menyatakan jumlah wilayah kerja (WK) di Indonesia pada akhir 2017 berkurang dari tahun 2016. Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi bilang jumlah WK mencapai pada tahun 2016 mencapai 280 WK.
Namun pada 31 Desember 2017, jumlah WK di Indonesia berkurang 25 WK menjadi 255 WK. Dari 255 WK, yang masuk kategori eksploitasi ada 87 WK dan sudah berproduksi sebanyak 73 WK. Sementara yang sedang pengembangan ada 14 WK.
Untuk WK eksplorasi terdapat 119 WK untuk WK konvensional dan 49 WK untuk WK non konvensional. Dari semuanya, yang sedang proses terminasi jumlahnya cukup banyak mencapai 31 WK.
Berkurangnya jumlah WK disebabkan karena kontrak dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di wilayah tersebut berakhir. Pemerintah juga tidak memperpanjang kontrak dengan KKKS karena mayoritas KKKS tersebut termasuk kelas dhuafa.
" Jumlah WK menurun tidak apa-apa, karena kebanyakan yang terminasi ini adalah WK yang kelas dhuafa, yang mau seismic survei tidak punya uang, yang mau ngebor juga tidak punya uang,"kata Amien pada Jumat (5/1).
Menurut Amien, KKKS dhuafa ini mayoritas didominais oleh perusahaan lokal. Mayoritas KKKS Dhuafa ini juga masih dalam tahapan ekplorasi.
"Kebanyakan di eksplorasi. Tapi ada dua eksploitasi bermasalah juga. Misalnya WK Selat Panjang, operatornya petroselat, itu pun sudah dinyatakan pailit, itu kan berarti betul-betul dhuafa. WK West Kampar, operatornya SPE yang juga sudah pailit. Jadi nama yang sudah muncul dua itu,"jelas Amien.
Dengan banyaknya KKKS Dhuafa mendominasi Wk ekplorasi, maka tidak heran jika investasi ekplorasi memprihatinkan. Amien bilang dari rencana investasi eksplorasi tahun 2017 sebesar US$ 870 juta, yang terealisasi hanya US$ 180 juta.
"Wah ini kecil sekali. Berapa idealnya? Makin besar, makin baik. Tapi mesti realistis. Dari sekian banyak WK eksplorasi, mayoritas ternyata KKKS kelas dhuafa, jadi kalau diharapkan investasinya besar ya susah juga,"imbuhnya.
Selain banyaknya KKKS kelas dhuafa, Amien juga menyebut minimnya investasi ekplorasi juga dipengaruhi oleh perizinan dan proses procruitment yang lambat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News