Reporter: Andy Dwijayanto, Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sedang sumringah. Banyak perusahan yang tertarik menggarap blok migas yang habis masa kontraknya (terminasi). Salah satu yang disebut-sebut sangat tertarik adalah perusahaan minyak asal Malaysia, yakni Petronas.
Saat ini, perusahaan hulu migas asal Malaysia itu masih menunggu penawaran kerjasama Pertamina, sebelum bergabung menggarap di salah satu blok terminasi itu. Sedangkan PT Pertamina sendiri masih memikirkan mengelola delapan blok migas terminasi tahun depan itu. Pasalnya, pemerintah mewajibkan memakai skema bagi hasil gross split untuk seluruh blok tersebut.
Djoko Siswanto, Deputi Pengendalian Pengadaan SKK Migas, mengatakan, siapapun yang berminat bergabung dengan Pertamina untuk menggarap blok terminasi tersebut, wajib menggunakan skema gross split. Petronas sudah mengetahui persyaratan tersebut dan tetap menyatakan ketertarikan. "Petronas kalau diberikan kesempatan mau bergabung dengan Pertamina, menggunakan skema gross split," ujarnya, Rabu (7/6).
Salah satu yang menjadi daya tarik blok-blok terminasi tersebut adalah sifatnya yang sudah produksi. Jadi tidak membutuhkan dana eksplorasi awal yang besar.
Djoko belum menjelaskan blok mana yang akan dibidik Petronas. Yang pasti, korporasi itu sangat berminat. Apalagi hitung-hitungan blok itu yang sudah produksi, akan menjadi daya tarik tersendiri. "Kalau eksplorasi belum tentu dapat, jadi ini tinggal keekonomiannya masuk dan diberikan kesempatan tentu dia mau gabung dengan Pertamina. Tetapi itu tergantung penawaran Pertamina," lanjutnya.
Sementara itu, Country Chairman Petronas Indonesia, Mohammad Zaini Noor belum menjawab konfirmasi KONTAN soal ketertarikan menggarap satu dari delapan blok terminasi tersebut.
Sedangkan Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik enggan diwawancarai soal kepastian delapan blok migas terminasi itu usai rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII di Gedung DPR. "Nanti ya saya sibuk," kata Massa Manik, Kamis (8/6).
Namun sebelumnya, Massa Manik pernah menjelaskan bahwa saat ini posisi keuangan Pertamina sedang ketat, karena banyak proyek yang harus dikerjakan oleh perusahaan migas negara ini hingga beberapa tahun ke depan. "Oleh karena itu kami bicara dengan ESDM, kami buat perhitungan reliable, dan akuntabel," jelas Massa.
China dan Iran minat
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja mengungkapkan, tidak hanya Petronas yang berminat mengelola satu dari delapan blok migas itu. Ia mengklaim, perusahaan multinasional lain juga berminat.
De delapan blok terminasi itu memang masih cukup bagus untuk dikembangkan. "Banyak yang minat, karena mendengar Pertamina tidak mau mengelola, makanya perusahaan-perusahaan itu langsung kontak dan mau ikut," terangnya di Gedung DPR, Kamis (8/6). Sayang ia belum mau menjelaskan blok migas mana yang diminta itu.
Wiratmaja hanya menjelaskan bahwa perusahaan multinasional yang berminat itu berasal dari Malaysia, China dan Iran. Di sisi lain, Pertamina juga belum menyatakan bahwa pihaknya mengundurkan diri dari delapan blok terminasi itu.
Maka, Kementerian ESDM memberikan tenggat waktu sampai akhir bulan ini kepada Pertamina untuk merinci detail, apakah blok tersebut masih ekonomis untuk dikelola. "Kita tunggu Pertamina menghitung keekonomian sampai akhir bulan ini. Kita berharap, Pertamina yang mengelola, karena bloknya bagus-bagus," imbuh Wiratmaja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News