kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak tantangan, AMI masih berharap industri mainan tahun ini tumbuh


Selasa, 29 Mei 2018 / 14:01 WIB
Banyak tantangan, AMI masih berharap industri mainan tahun ini tumbuh
ILUSTRASI. Penjualan mainan di Pasar Gembrong, Jakarta


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Mainan Anak (AMI) adanya sejumlah tantangan industri mainan pada tahun ini. Hal tersebut lantaran adanya regulasi yang dinilai memberatkan.

Sutjiadi Lukas, Ketua AMI mengatakan, sejak dua bulan lalu penjualan mainan anak mengalami penurunan. Hal tersebut terlihat dari barang impor yang masuk ke Indonesia yang turun menjadi 300 kontainer per bulan dibandingkan biasanya yang berjumlah 800 kontainer. Sehingga terjadi penurunan nilai kontainer menjadi Rp 1,44 triliun dalam dua bulan terakhir.

“Satu kontainer itu bernilai kurang lebih Rp 400 juta. Jadi dalam sebulan kontainer yang masuk ke Indonesia bernilai Rp 400 juta x 300 x 12. Untuk pendapatan umumnya dikalikan 15% - 20%,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (28/5).

Penurunan tersebut menurut Sutjiadi lantaran adanya gangguan terkait standar nasional Indonesia (SNI). Sutjiadi oknum polisi melakukan operasi terkait barang yang belum memiliki standar SNI. Di sisi lain, menurutnya, untuk mendapatkan sertifikat SNI itu tidak murah, sekitar Rp 30 juta.

Selain itu, ia menyebutkan persoalan pajak. Menurutnya PPN yang belum berlaku secara keseluruhan menyebabkan pengaruh pada persaingan harga. “Seperti PPN yang ditunda, ini pengaruh juga karena ada yang sudah menerapkan ada yang belum akhirnya terjadi persaingan harga,” ujarnya. Untuk besaran nilai PPN yang sudah diterapkan dipatok 10% hingga 19%.

Akibatnya, harga jual dari mainan sendiri ditingkatkan sebesar 10%. Hal tersebut disebabkan nilai dollar yang terus meningkat sehingga kenaikan harga tersebut disebutnya untuk menyesuaikan harga. “Hal itu untuk menyesuaikan, utamanya barang impor karena sudah beli barang mau tidak mau harga naik,” ujarnya.

Meski banyak tantangan, tetapi ia tetap optimistis industri dapat tumbuh 5% hingga 10%. Hal tersebut disebabkan ekspor yang mulai meningkat sekitar 7% karena ada pabrik di Vietnam yang berhenti operasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×