Reporter: Sofyan Nur Hidayat |
BENGKULU. Pendangkalan laut di alur masuk Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu, tidak menyurutkan aktivitas pelayaran di pelabuhan tersebut. Buktinya, di tengah masalah pendangkalan alur masuk itu, kinerja pelabuhan yang dikelola PT Pelindo II Cabang Bengkulu ini tetap tampil cemerlang.
Bahkan, pelabuhan Pulau Baai berani merevisi target laba bersih tahun ini menjadi Rp 26,56 miliar. Angka itu naik 110% dibanding tahun lalu yang hanya Rp 12,6 miliar.
Revisi target dilakukan menyusul kinerja yang makin membaik di semester I-2010. General Manager Pelindo II Cabang Bengkulu, Indra Hidayat Sani mengatakan, pada semester I-2010, Pelabuhan Pulau Baai berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 17,8 miliar.
Angka itu sudah melebihi target laba bersih sepanjang tahun 2010 yang hanya Rp 11 miliar. Perolehan itu juga mengalami kenaikan sebesar 409,3% dibanding periode sama tahun 2009. "Kenaikan laba bersih karena adanya peningkatan realisasi bongkar muat batubara yang melonjak tajam," kata Indra.
Menurut Indra, pada paruh pertama 2010 realisasi bongkar muat batubara mencapai 1,15 juta ton. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya hanya 531.162 ton. Hal itu tidak terlepas dari peningkatan utilisasi dua conveyor belt atau alat bongkar muat batu bara. Yakni conveyor belt A meningkat 36% dan conveyor belt B sebesar 16%.
Conveyor belt A memiliki kapasitas 500 ton per jam, sedangkan conveyor belt B berkapasitas 1.000 ton per jam.Bongkar muat batubara memang menjadi andalan Pelabuhan Pulau Baai. Maklum, Bengkulu dikenal sebagai salah satu produsen batubara terbesar di Sumatera.
Makanya, tak heran jika permintaan bongkar muat batubara di Pelabuhan Baai sangat tinggi. "Pada 2009, sebanyak 2 juta ton permintaan bongkar muat batubara belum bisa terpenuhi," papar Indra.
Selain batubara, Pelabuhan Pulau Baai juga banyak dipergunakan untuk mengangkut komoditi karet dan kelapa sawit. Karet dari Bengkulu terkenal berkualitas bagus dan diekspor ke beberapa negara, seperti Amerika, Itali dan Jepang. Di luar itu, Pulau Baai juga digunakan untuk bongkar muat barang-barang pokok, seperti beras dan pupuk.
Pelabuhan Pulau Baai memang berhasil membukukan kinerja yang cemerlang. Tapi di sisi lain, pedangkalan alur masuk pelabuhan menyebabkan kapal besar yang beratnya lebih dari 1.000 ton tidak dapat masuk. Kerugian akibat pendangkalan itu mencapai Rp 30 miliar tahun ini.
Pieter Fina, Administrator Pelabuhan Pulau Baai bilang, permasalahan pendangkalan alur masuk pelabuhan harus segera diselesaikan. Jika itu dibiarkan berlarut-larut, pendangkalan akan semakin parah. Pasalnya, setiap hari pasir yang menumpuk bertambah 1.200 meter kubik. "Dua bulan lagi, alur masuk pelabuhan mungkin akan tertutup semua oleh pasir," kata Pieter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News