Reporter: Ridwan Nanda Mulyana, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bullish harga batubara diproyeksikan masih berlanjut pada semester kedua tahun ini. Kondisi itu turut berdampak positif bagi industri pendukungnya, termasuk produsen bahan peledak.
Direktur Utama PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS), Teddy Kusumah Somantri, mengakui kenaikan harga batubara saat ini tidak berhubungan langsung dengan kenaikan harga bahan peledak. "Perubahan harga bahan peledak lebih dominan dipengaruhi oleh harga bahan baku yang berlaku secara internasional," ungkap dia kepada KONTAN, Kamis (16/8) pekan lalu.
Meski demikian, Teddy menyebutkan bisnis batubara yang terus menggeliat berpotensi memberikan pengaruh positif terhadap bisnis bahan peledak yang dijalani Ancora. Misalnya, melalui peningkatan permintaan ammonium nitrate, detonator dan jasa blasting dari kontraktor pertambangan untuk mendukung bisnis tambang batubara.
Secara umum pasar batubara global dan lokal sedang menanjak. Pada Agustus tahun ini, harga batubara acuan (HBA) naik US$ 3,18 per ton dari bulan sebelumnya menjadi US$ 107,83 per ton.
Di saat yang sama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan target produksi batubara sebesar 100 juta ton tahun ini menjadi 585 juta ton sepanjang tahun ini. Semula, produksi batubara nasional dipreoyeksikan sebesar 485 juta ton.
Memang, kenaikan harga dan produksi batubara tak secara langsung mengerek harga bahan peledak untuk keperluan tambang batubara.
Menurut Teddy, bahan baku alat peledak bervariasi. Misalnya untuk detonator dan booster ada campuran lokal dan impor. "Sedangkan untuk ammonium nitrate 100% lokal," imbuh dia.
Soal harga, Teddy tak membeberkannya secara mendetail. Sebab, komponen yang mempengaruhi sektor ini tak tunggal sehingga sulit bagi perusahaan memaparkan harga bahan peledak secara mendetail. "Karena peledak ada banyak komponen, dari detonator, booster, hingga ammonium nitrate," kata dia.
Rata-rata harga ammonium nitrate di pasar internasional senilai US$ 400 per ton.
Pada tahun ini, Ancora menargetkan produksi ammonium nitrate berkisar 120 ton hingga 130 ton. Hingga tengah tahun ini, Ancora sudah mencapai setengah dari target produksi tersebut. "Realisasi ini juga meningkat lebih dari 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kami menjual ammonium nitrate untuk domestik, jelas Teddy.
Selain menjual bahan peledak ke pelanggan perusahaan batubara, Ancora juga sibuk menambah emas. Tahun ini, Ancora menyiapkan dana awal belanja modal US$ 20 juta. Dana itu mendukung pengoperasian tambang emas di Lombok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News