Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Kementerian Perindustrian (Kemperin) terus mencari inovasi guna meningkatkan kualitas industri di Indonesia, termasuk industri keramik. Baru-baru ini, pemerintah melalui Balai Besar Keramik (BBK) Bandung berhasil menemukan bahan baku alternatif pembuatan keramik, yaitu penggunaan abu tulang sintetis.
Jenis keramik abu tulang sedang diminati konsumen, karena memiliki keunggulan dibanding produk sejenisnya, seperti warna putih tulang yang tembus bayang dengan permukaan licin dan mengkilat.
”Namun saat ini keramik abu tulang masih menghadapi masalah pencemaran lingkungan terkait gas hasil bakar tulang yang sangat berbau. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dicari bahan alternatif utama lainnya, yaitu penggunaan abu tulang sintetis yang kualitasnya tidak kalah dengan abu tulang asli,” kata Kepala BBK Bandung, Supomo dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/11).
Keramik abu tulang terbuat dari bahan utama abu tulang hewan seperti sapi atau kerbau yang dibakar. Menurut Supomo, pembuatan keramik ini harus selektif dalam pemilihan jenis bahan bakunya. ”Apalagi, harga bahan abu tulang impor cukup tinggi,” ujarnya.
Untuk itu, dengan melihat peluang bahan baku tambang di Indonesia yang berlimpah, BBK Bandung telah menemukan bahan baku dengan karakteristik yang mirip dengan abu tulang tersebut. ”Melalui pemilihan bahan yang tepat, komposisi yang sesuai serta teknik pembuatan yang terkendali untuk memperoleh sifat keplastisan yang cukup berarti serta pengaturan pembakaran yang tepat akan diperoleh kualitas bone-ash yang baik,” papar Supomo.
Ia meyakini, pertumbuhan industri keramik nasional masih cukup prospektif seiring dengan pertumbuhan pasar domestik yang terus meningkat. Apalagi, program pemerintah salah satunya berfokus pada perumahan rakyat diharapkan dapat menggenjot konsumsi keramik nasional.
“Industri keramik memiliki keunggulan dan potensi yang cukup besar karena memiliki ketersediaan bahan baku yang melimpah dengan deposit tambang bahan baku keramik yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah di wilayah Indonesia,” tutur Supomo.
Kemenperin mencatat, saat ini terdapat 58 perusahaan ubin keramik dengan kapasitas terpasang lebih dari 537 juta m² per tahun, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 62.000 orang. Volume tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil keramik terbesar ke-6 setelah China, India, Brazil, Spanyol dan Iran.
Sedangkan untuk kategori industri tableware, tercatat ada 12 perusahaan dengan kapasitas lebih dari 274 juta unit per tahun dengan melibatkan tenaga kerja sebanyak 17.000 orang. Selain itu, Indonesia juga memiliki enam perusahaan pada industri saniter yang berproduksi mencapai 5,5 juta unit per tahun dengan didukung tenaga kerja sebanyak 9.174 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News