kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

BBM turun, penjualan mobil tetap sulit melaju


Jumat, 02 Januari 2015 / 21:15 WIB
BBM turun, penjualan mobil tetap sulit melaju
ILUSTRASI. Saham Bank Lapis Kedua Jadi Top Gainers, Simak Rekomendasi Analis


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kebijakan pemerintah menghapus subsidi dan menurunkan harga Premium karena harga minyak mentah sedang murah, disambut baik kalangan industri otomotif nasional. Tapi, meskipun harga Premium turun pasar mobil nasional diprediksi tetap berat 2015 ini.

"Orang sangat berterima kasih atas adanya ini (penurunan Premium), tapi untuk pasar mobil nasional masih ada faktor 'X' lain yang mempengaruhinya," jelas Johnny Darmawan, Ketua III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) kepada KompasOtomotif, Kamis (1/1).

Harga bahan bakar, jelas Johnny, kerap dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, penurunan premium yang terjadi saat ini adalah hukum alam, karena harga minyak mentah global yang lagi menukik tajam.

"Mengapa pertumbuhan mobil akan tetap menurun? Karena banyak faktor lain, paling gampang adalah kredit, BI Rate masih tinggi 7,75%. Mereka (pemerintah) memang mengharapkan agar masyarakat tidak terlalu konsumtif, memang sudah dari awal disampaikan," beber Johnny.

Faktor ini menjadi salah satu hal utama mengapa saat ini sulit berjualan mobil. Beberapa tahun sebelumnya, pasar mobil bisa melesat karena beberapa faktor mendukung kondisi jualan. Mulai dari bunga murah, rupiah menguat, dan daya beli masyarakat membaik.

"Tahun depan sudah bagus pasar (mobil) flat (1,2 juta unit), masih banyak faktor yang tidak bisa diduga terjadi, tapi memang dalam jangka panjang ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh bagus," tukas Johnny.

Dengan penghapusan subsidi BBM, Johnny berharap pemerintah bisa lebih cepat mendorong infrastruktur dengan pengalihan dana yang terjadi. "Kalau infratsruktur digalakkan, pertumbuhan ekonomi akan baik," tutup Johnny. (Agung Kurniawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×