kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini hitungan PLN soal dampak PLTS Atap ke pendapatan dan BPP


Kamis, 07 Oktober 2021 / 15:02 WIB
Begini hitungan PLN soal dampak PLTS Atap ke pendapatan dan BPP
ILUSTRASI. Pemanfaatan PLTS Atap: Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di sebuah komplek perumahan di Tangerang Selatan. KONTAN/Baihaki


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN memaparkan asumsi perhitungan dampak ketika populasi PLTS Atap semakin masif dan masuk sebagai negative load maupun micro IPP di sistem kelistrikan Jawa-Bali terhadap biaya pokok produksi (BPP) dan pendapatan. 

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana memaparkan keberadaan PLTS Atap tentu saja akan mempengaruhi sistem PLN. 

"Kami sifatnya mengantisipasi dan meningkatkan keandalan sistem dan jaringan termasuk di dalamnya kita sepakat meningkatkan teknologi smart grid," jelasnya dalam Webinar diseminasi RUPTL PLN 2021 s.d. 2030, Selasa (5/10). 

Rida tidak menampik jika PLTS ini akan merugikan bagi pihak PLN karena tujuan digunakannya solar panel untuk  menghemat penggunaan listrik dari PLN. "Artinya kalau nanti pemasangan PLTS masif, maka pendapatan PLN berkurang," kata dia. 

Namun, untuk mengolah tantangan tersebut, Rida bilang, PLN bisa bergerak di jasa pemasangan, pemeliharaan PLTS sehingga dapat menjadi peluang bisnis bagi PLN. 

Baca Juga: Targetkan kapasitas PLTP 3.355 MW hingga 2030, 365 MW masih belum ada pengembang

EVP Perencanaan Sistem Kelistrikan PT PLN Edwin Nugraha Putra mengatakan ketika memakai PLTS maka ada dua hal yang terjadi, PLTS tersebut digunakan oleh pelanggan di rumah sebagai green lifestyle atau listriknya diimpor ke PLN. 

Kalau di rumah untuk green lifestyle tentu pihak PLN tidak bisa mencegah. Namun, Edwin melihat bahwa konsumen PLTS Atap bakalan tetap  mengintegrasikan sistemnya karena sedikit sekali yang bisa menyiapkan sistem baterai di rumahnya. 

Nantinya, listrik tersebut akan ter-interkoneksi dengan sistem di Jawa-Bali untuk mengatasi intermitensi. Maka dari itu, Edwin menyoroti listrik yang diimpor ke PLN.

"Kalau yang sekarang terjadi ada isu 1:1 expor-impor bahwa harga PLTS rooftop yaitu seharga Rp 1.440/kWh luar biasa sekali padahal PLN sekarang sudah bisa mengadakan PLTS Grid seperti di Cirata 5,5 cent/kWh atau Rp 750/kWh. Kita bisa beli energi seharga Rp 750/kWh tetapi malah beli seharga Rp 1.440/kWh," ujarnya dalam webinar bertajuk Integration of rooftop solar power plants into grid pada Kamis (29/9).




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×