kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini hitungan PLN soal dampak PLTS Atap ke pendapatan dan BPP


Kamis, 07 Oktober 2021 / 15:02 WIB
Begini hitungan PLN soal dampak PLTS Atap ke pendapatan dan BPP
ILUSTRASI. Pemanfaatan PLTS Atap: Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di sebuah komplek perumahan di Tangerang Selatan. KONTAN/Baihaki


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

Edwin mengatakan, ada tiga hal yang harus dipertimbangkan ketika nanti mulai masuknya PLTS rooftop secara masif, yakni levelized cost, integration cost, dan system cost.

Edwin menyoroti perihal integartion cost yakni bagaimana nantinya PLTS disambungkan ke grid, bagaimana melakukan back up interimitensinya, jika dikoneksikan seperti apa biayanya, dan bagaimana pula pembangkit lain yang tertekan akibat PLTS masuk.  

Dalam webinar tersebut, Edwin memaparkan perhitungan BPP di sistem kelistrikan Jawa-Bali jika PLTS masuk secara masif baik itu sebagai negative load maupun sebagai micro IPP. 

Jika PLTS diasumsikan masuk ke sistem sebagai negative load, maka akan terjadi dampak finansial terhadap biaya pokok produksi (BPP), Subsidi, dan kompensasi. Hitungannya, setiap 1 GW PV Rooftop dengan 100% expor-impor maka berpotensi menurunkan pendapatan PLN Sekitar Rp 2,15 triliun dan kenaikan BPP dan Backup Cost sekitar 5,10 Rp/kWh. 

Baca Juga: Pengamat: Rencana IPO holding BUMN geothermal sebaiknya dieksekusi tahun depan

"Sehingga berdampak pada kenaikan subsidi dan kompensasi dari pemerintah sekitar Rp 1,07 triliun, meningkat seiring dengan penambahan kapasitas PV Rooftop. Kalau sampai 2023 terdapat kapasitas PV Rooftop hingga 4 GW, maka kompensasi dari pemerintah sebesar Rp 4 triliun," jelasnya.

Jika PV Rooftop diasumsikan sebagai micro IPP, dengan kapasitas PV Rooftop per 1 GWp maka dampaknya akan menaikkan biaya produksi pembangkit sebesar Rp 1,5 triliun per tahun atau menaikkan BPP sekitar 7 Rp/kWh dengan 100% tariff listrik akan meningkat seiring naiknya kapasitas PV Rooftop. 

"Kalau PLTS di-introduce sebagai micro IPP, kurang lebih biayanya per 1 GWp sebesar 7 Rp/KwH atau kurang lebih Rp 1,5 triliun per 1 GW. Jadi kalau 4 GW akan menjadi Rp 6 triliun," ujarnya. 

Edwin memaparkan saat ini pihaknya sedang menegosiasikan batasan intermitensi yang diterima karena di satu sisi pemerintah meminta perhitungan PLTS rooftoop tidak masuk ke dalam kuota perhitungan PLTS yang masuk ke sistem. 

"Sementara menurut kami di perencanaan, ini harus dipertimbangkan kalau tidak nanti khawatir akan ada luput karena akan ada begitu banyak rooftop yang masuk  sementara target 3 GW secara grid kita lakukan sehingga dikhawatirkan sistem Jawa-Bali menerima total intermitensi oleh gabungan PLTS grid dan rooftop," ujarnya. 

Selanjutnya: Pada akhir tahun, tingkat reserve replacement ratio ditargetkan mencapai 240%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×