Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) ingin meminimalisir imbas pandemi corona (covid-19) terhadap kinerja. Sampai tutup tahun nanti, emiten komponen alat berat dan otomotif tersebut menargetkan agar penurunan kinerja dapat ditahan di kisaran single digit, yakni di bawah 10% untuk penjualan dan di bawah 8% untuk laba bersih.
Sebagai gambaran, penjualan neto SMSM tercatat sebesar Rp 3,93 triliun di tahun 2019, sementara laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 577,52 miliar.
Dus berdasarkan hitungan Kontan.co.id, dengan asumsi penurunan penjualan di bawah 10%, maka SMSM membidik penjualan di atas Rp 3,54 triliun pada tahun ini, sedang laba bersihnya ditargetkan kurang lebih di atas Rp 531,32 miliar sampai tutup tahun nanti.
Baca Juga: Selamat Sempurna (SMSM) menebar dividen hingga Rp 339,76 miliar, ini jadwalnya
Direktur PT Selamat Sempurna Tbk, Ang Andri Pribadi mengatakan, pasar komponen di mancanegara sudah mulai membaik secara perlahan seiring dengan adanya kebijakan relaksasi lockdown di beberapa negara.
Bahkan, kenaikan permintaan di beberapa negara dinilai cukup signifikan oleh karena faktor-faktor pendorong tertentu.
Di Amerika Serikat misalnya, SMSM mencatat bahwa penjualan produk radiator ke Negeri Paman Sam di kuartal 3 2020 sejauh ini melesat hingga kurang lebih 50% secara kuartalan.
Menurutnya, hal ini dipicu oleh adanya pemberlakuan bea masuk yang tinggi bagi produk-produk China yang masuk ke Amerika Serikat (AS)di tengah perang dagang AS-China.
Pria yang akrab dengan sapaan Pribadi tersebut mencatat bahwa beberapa produk komponen dari China yang masuk ke AS dikenai bea masuk dengan besaran persentase hingga double digit, yakni sebesar 32,5% untuk produk filter dan 25% untuk produk radiator, sementara produk Indonesia yang masuk ke AS dikenaikan bea masuk 0%.
“Jadi secara tidak langsung harga-harga barang dari China naik secara signifikan dibandingkan barang dari Indonesia,” jelas Pribadi dalam sesi konferensi pers yang dihelat secara virtual, Jumat (28/8).
Sedikit informasi, berdasarkan segmentasi pasarnya, SMSM lebih banyak menyasar segmen pasar replacement. Menurut Pribadi, porsi pasar replacement mencapai 90% dalam total penjualan perusahaan, sementara yang menyasar pabrikan melalui skema original equipment supplier hanya sekitar 10%.
Sementara itu, berdasarkan segmen produknya, penjualan produk-produk perusahaan lebih banyak menyasar segmen alat berat (heavy equipment) dan commercial dengan porsi sekitar ? dari total penjualan, sedang sisanya baru menyasar segmen otomotif.
Untuk mengejar target, SMSM telah menyiapkan sejumlah strategi. Pada sisi pemasaran, SMSM akan melakukan upaya-upaya promosi. Salah satu program penjualan yang diberikan di antaranya, semisal pelanggan membeli barang dalam jumlah x unit, maka pelanggan bisa mendapatkan barang dengan jumlah lebih dari x unit.
Selain itu, SMSM juga akan memberi promo sedikit rebate atau rabat bagi pelanggan tertentu yang dipilih.
Di samping memberi sejumlah promo menarik, SMSM juga akan terus berupaya menggencarkan cost reduction program (CRP) perusahaan. Tujuannya tidak lain ialah agar produk-produk perusahaan mampu bersaing dengan produk-produk kompetitor.
Strategi SMSM tidak hanya berfokus pada pencapaian kinerja topline semata. Untuk menjaga kinerja bottom line, SMSM melakukan sejumlah upaya untuk menekan pengeluaran di sejumlah pos beban.
Untuk menekan biaya tenaga kerja, SMSM tidak melakukan memperpanjang kontrak kerja pegawai yang berstatus karyawan kontrak serta melakukan perampingan sampai dengan 20%. Menurut Pribadi, efek dari upaya perampingan tersebut akan bisa terlihat pada kuartal III atau kuartal IV mendatang.
Selain itu, untuk menekan biaya produksi, SMSM juga akan memanfaatkan skema rebate (rabat) dengan pihak pemasok bahan baku untuk mendapatkan biaya bahan baku yang lebih rendah.
Pribadi menambahkan, SMSM juga mendapatkan berkah penurunan biaya bahan baku akibat penurunan harga komoditas. Hal ini dapat diamati misalnya pada bahan baku besi atau pelat baja yang harganya turun 8%, bahan non-wooven dengan penurunan sampai 5%, aluminium dengan penurunan 8%, dan lain-lain.
Baca Juga: Kuartal Kedua 2020, Penjualan Selamat Sempurna (SMSM) Masih Seret
“Selanjutnya biaya tidak langsung seperti overhead per unit akan turun dengan meningkatnya sales pada semester kedua ini,” pungkas Pribadi.
Sepanjang Januari - Juni 2020 lalu, SMSM mencatatkan penjualan neto sebesar Rp 1,46 triliun, turun 17,39% dibanding penjualan neto periode sama tahun sebelumnya.
Secara terperinci, penjualan neto SMSM di enam bulan pertama tahun ini terdiri atas penjualan luar negeri sebesar Rp 994,36 miliar, dan domestik Rp 469,67 miliar.
Seiring penurunan penjualan bersih, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih SMSM turun 13,18% year-on-year (yoy) dari semula Rp 233,99 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 203,14 miliar di semester I 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News