kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini kata pengamat soal wacana IPO MIND ID


Minggu, 16 Mei 2021 / 19:39 WIB
Begini kata pengamat soal wacana IPO MIND ID
ILUSTRASI. Peluncuran MIND ID, holding industri pertambangan BUMN


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mengkaji rencana initial public offering (IPO) untuk holding industri pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), atau yang biasa disebut MIND ID (Mining Industry Indonesia). Sejauh ini, belum ketahuan kapan persisnya rencana ini bakal dilakukan semisal jadi direalisasi.

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai, IPO bisa menjadi opsi penggalangan dana eksternal yang tepat, sebab langkah tersebut tidak menambah beban liabilitas MIND ID. Di samping itu, saham yang ditawarkan juga berpotensi mendapat respon yang positif dari investor di pasar modal apabila memiliki harga menarik.

“Kalau ini di-IPO-kan itu kabar bagus untuk bursa kita, Inalum (Indonesia Asahan Aluminium) ini kan perusahaannya besar sekali. Bayangkan saja, PTBA (Bukit Asam) saja (misalnya) sebesar apa, ANTAM sebesar apa, ini gabungan dari semuanya itu,” ujar Teguh ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (16/5).

Meski begitu, Teguh berpendapat bahwa opsi IPO, semisal jadi direalisasi, sebaiknya tidak dilakukan dalam waktu dekat. Menurutnya, kondisi pasar modal Indonesia saat ini masih belum begitu baik. 

Ditambah lagi, minat investasi sebagian investor juga saat ini masih tertuju pada instrumen investasi lain seperti Bitcoin. Walhasil, penawaran saham perdana MIND ID di lantai Bursa Efek Indonesia bisa jadi masih kurang menarik di mata calon investor.

Baca Juga: Liabilitas Mind Id capai Rp 108 triliun, utang obligasi akuisisi Freeport terbesar

Di sisi lain, Teguh juga berpandangan bahwa langkah IPO bisa membawa kerugian secara politik bagi pemerintah apabila dilakukan dalam waktu dekat, mengingat isu Papua masih panas. Dalam hal ini, langkah IPO bisa saja ‘digoreng’ dan memunculkan narasi bahwa pemerintah hendak ‘menjual’ Freeport Indonesia (anggota holding MIND ID) ke pihak asing.

“Investor kita kan mayoritasnya masih asing, meskipun di (pasar modal) dalam negeri,” imbuh Teguh.

Dengan sejumlah alasan di atas, Teguh menilai bahwa opsi IPO, semisal jadi direalisasi, sebaiknya baru dilakukan apabila Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah kembali pulih ke level 6.500 atau bahkan 7.000, serta isu Papua sudah mereda.

Semisal MIND ID membutuhkan dana dalam waktu cepat, MIND ID, kata Teguh, sebaiknya memilih opsi pendanaan eksternal dari perbankan. Menurut Teguh, status MIND ID sebagai BUMN bisa mempermudah MIND untuk mendapatkan pinjaman perbankan. “Biasanya perbankan kalau kasih pinjaman itu salah satu syaratnya itu DER (debt to equity ratio) nya maksimal 2 kali (200%),” terang Teguh.

Mengintip laporan keuangan tahunan perusahaan, Indonesia Asahan Aluminium beserta entitas anak tercatat memiliki liabilitas sebesar Rp 108,19 triliun dengan ekuitas Rp 72,58 triliun per 31 Desember 2020 lalu. Dengan demikian, hitungan Kontan.co.id, DER Inalum berikut entitas anak berada di posisi 1,49x atawa 149%.

Dihubungi terpisah, Direktur Kajian Strategi Sumber Daya Alam (Cirrus), Budi Santoso menilai bahwa MIND ID sebaiknya tidak mengambil opsi IPO dan memilih opsi lain seperti mencari pinjaman perbankan dari bank-bank BUMN dalam menghimpun pendanaan eksternal.

“Pendanaan external kan ada banyak cara, (misalnya) dengan melibatkan bank-bank BUMN sehingga manfaatnya masih juga ke pemerintah sehingga kepemilikan masih nasional,” ujar Budi.

Selanjutnya: Masuk dalam rencana IPO Kementerian BUMN, begini kinerja keuangan MIND ID

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×