kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini Pandangan Pengamat Soal Harga Keekonomian Pertamax


Kamis, 30 Desember 2021 / 17:21 WIB
Begini Pandangan Pengamat Soal Harga Keekonomian Pertamax
ILUSTRASI. SPBU Pertamina?di Jakarta. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

Pengamat ekonomi energi Universitas Padjadjaran,  Yayan Satyakti memaparkan, melihat pada harga keekonomian Pertamax jika dibandingkan dengan harga gasoline di Amerika Serikat yang saat ini sekitar US$ 0.91 – US$ 0.96 atau kisaran Rp 12.900 – Rp 13.600-an, maka harga retail Shell Indonesia merupakan harga keekonomiannya. 

"Jika dilihat Shell adalah pengusaha swasta tanpa subsidi berbeda dengan Pertamina yang memiliki fasilitas subsidi," jelasnya saat dihubungi terpisah. 

Yayan menyoroti bahwa Pertamax merupakan energi fosil yang paling reliable dan accessible di Indonesia, sebaiknya energi ini dibiarkan ke nilai keekonomiannya. 

Baca Juga: Menakar Dampak Kenaikan Harga Energi Pada Kinerja Emiten Tahun 2022

Namun, menurut Yayan, pertimbangan Pertamina tidak melakukan penyesuaian harga Pertamax karena saat ini masih dalam pemulihan ekonomi setelah imbas pandemi Covid-19. Yayan bilang, untuk melakukannya perlu dilakukan perhitungan cost dan benefit. Hal yang menjadi perhatian saat ini daya beli masyarakat masih rendah. 

Harga keekonomian Pertamax hangat dibicarakan seiring dengan wacana penghapusan BBM Premium untuk transisi ke Pertalite yang kemudian dilanjutkan transisi dari Pertalite ke Pertamax  sebagai upaya shifting ke BBM yang lebih ramah lingkungan. 

Komaidi mengatakan, transisi BBM ini jika hanya dilihat dari aspek lingkungan tentu saja bagus dan positif. Namun, dalam aspek teknis perlu dipersiapkan secara matang, misalnya jika Pertalite dihapus apakah kapasitas produksi Pertamax sudah mencukupi? Apakah ada isu atau tidak di SPBU dengan dihapuskannya Premium dan Pertalite dan diganti Pertamax? Hal lain apakah nanti tetap diberikan subsidi atau tidak juga menjadi hal yg penting untuk dipersiapkan.

"Ada risiko bisnis dan ekonomi yang perlu dikaji dengan cermat. Jangan sampai nanti maju mundur seperti kebijakan sebelum-sebelumnya," tegas Komaidi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×