Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembang properti terintegrasi dengan transportasi massal, PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP), baru saja merilis laporan keuangan tahun buku 2021.
Perusahaan ini tercatat membukukan penurunan pendapatan usaha sebesar 42,32% menjadi Rp 563,69 miliar sepanjang 2021. Sedangkan pada tahun sebelumnya, pendapatan usaha ADCP masih mencapai Rp 977,22 miliar.
Penurunan pendapatan pada tahun 2021 lalu, utamanya disebabkan lantaran ADCP tak lagi memperoleh pendapatan dari proyek properti MT Haryono, yang pada 2020 tercatat menghasilkan pendapatan hingga Rp 421,50 miliar.
Mengintip keterangan resmi perusahaan, Minggu (20/3), sejumlah proyek yang menjadi penopang utama perusahaan, dengan rata-rata penjualan tertinggi sepanjang tahun lalu, di antaranya yakni, Adhi City Rp 169,5 miliar, LRT City Bekasi-Eastern Green Rp98,1 miliar, LRT City Tebet Rp73 miliar, dan LRT City Sentul Rp71,5 miliar.
Baca Juga: Raup Laba Bersih Rp 130 Miliar, Begini Kinerja Bisnis Adhi Commuter (ADCP) di 2021
Meski mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan, laba bersih ADCP hanya susut 2% tahun lalu, dari sebelumnya Rp 133,25 miliar di tahun 2020, menjadi Rp 130,36 miliar.
Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Reza Priyambada menilai, kinerja pendapatan perusahaan yang belum maksimal di tahun 2021 merupakan hal yang wajar. Sebab, memang belum semua proyek yang dikerjakan oleh ADCP rampung pada periode tersebut.
Hal ini membuat Adhi Commuter Properti belum bisa membukukan pendapatan usaha secara penuh di tahun lalu. "Jadi, dengan belum sepenuhnya (proyek) ter-deliver, itu yang akhirnya membuat mereka belum optimal punya pendapatan. Saya melihatnya seperti itu," ungkap Reza, saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/3).
Di saat yang bersamaan, beberapa proyek ADCP itu kan memang terintegrasi dengan moda transportasi. Namun, moda transportasi mereka pun belum sepenuhnya beroperasi, sehingga menjadi wajar apabila mereka belum membukukan pendapatan yang optimal di tahun 2021.
Kendati demikian, Reza masih melihat prospek bisnis yang cukup menjanjikan dari Adhi Commuter Properti. Terlebih, apabila konsep hunian transit oriented development (TOD) atau bangunan yang terhubung dan memiliki akses mudah ke transportasi publik, kian diminati oleh masyarakat ke depannya.
"Tapi itu balik lagi tergantung minat masyarakat dalam memilih properti konsepnya mereka. Ini menjadi daya tarik atau tidak masih harus kita lihat lagi untuk ke depannya. Kalau kebutuhan masyarakat ke depan memang banyak yang suka, maka bisa jadi mereka menarik untuk investor," jelas Reza.
Dengan begitu, lanjut dia, hal tersebut bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi ADCP untuk ke depannya. Bagaimana mereka meningkatkan minat masyarakat untuk beralih ke konsep hunian TOD yang disugukan oleh perusahaan. "Fasilitas yang ditawarkan apakah hanya sekedar dengan moda transportasi yang mereka punya atau ada fasilitas lain yang ditawarkan oleh mereka," sambungnya.
Selanjutnya, Reza menilai bahwa prospek saham ADCP ke depan juga masih cukup bagus. Terlebih apabila ke depannya, proyek-proyek ADCP sudah mulai berjalan sepenuhnya dan LRT dioperasikan, maka akan mulai terlihat ada peningkatan pendapatan atau laba, yang bisa menjadi momentum pergerakan harga saham ADCP.
"Kalau sekarang pelaku pasar masih underestimate terhadap kinerja ADCP, tapi ketika sudah mulai membaik (kinerjanya) mungkin akan jadi momentum pelaku pasar dia bisa mengapresiasi," pungkas Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News